Rabu 22 Apr 2015 22:16 WIB

Indonesia, Palestina dan Seychelles Saling Curhat Soal Smart City

Rep: c01/ Red: Dwi Murdaningsih
AASCS 2015: Dari Kiri ke kanan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Wali Kota Victoria, Seychelles Jacqueline Moustache-Belle, dan Ketua Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 Suhono H Supangkat pada pembukaan forum AASCS 2015
Foto: Edi Yusuf/Republika
AASCS 2015: Dari Kiri ke kanan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Wali Kota Victoria, Seychelles Jacqueline Moustache-Belle, dan Ketua Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 Suhono H Supangkat pada pembukaan forum AASCS 2015

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tiga Wali Kota dari tiga negara Asia Afrika duduk bersama untuk saling berbagi cerita terkait penerapan konsep smart city di kota masing-masing. Dalam sesi panel tersebut, tiga negara yang terlibat ialah Indonesia, Palestina dan Seychelles.

Wali Kota Riwaldi di Palestina, Majed J. A. Abdulfattah, berbagi kisah tentang kotanya yang memiliki arti bukit. Majed menceritakan bahwa ia sedang membangun sistem transportasi yang bersih sekaligus nyaman. Karena itu, ia berusaha untuk membuat sistem transportasi yang hemat energi sekaligus ramah lingkungan.

Secara keseluruhan, Majed menyatakan bahwa Kota Riwaldi memang dibangun dengan perencanaan sistem yang baik, terutama untuk sistem transportasi dan pengairannya. Selain itu, untuk mewujudkan sistem penggunaan energi ramah lingkunga, Majed juga menyatakan bahwa kotanya sudah mulai memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya sebagai sumber energi.

“Kota Rawaldi dibangun dengan harapan kualitas infrastrukturnya dapat mempermudah kehidupan masyarakatnya,” terang Majed dalam sesi panel hari pertama Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015 di The Trans Luxury Hotel Bandung, Rabu (22/4).

Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Victoria di Seychelles, Jacqueline Moustache-Belle, menyatakan ada beberapa kendala yang dialami kotanya dalam mewujudkan smart city. Mengingat jumlah penduduk kotanya yang mencapai 20 juta, salah satu kendala yang diahdapi Victoria dalam mewujudkan smart city ialah dari segi transportasi.

Kendala lain yang dihadapi Kota Victoria dalam mewujudkan smart city ialah dari segi teknologi, khususnya koneksi internet. Tak seperti Kota Bandung, Jacqueline menyatakan penyediaan jaringan internet atau wifi di muka publik secara gratis masih cukup sulit untuk diwujudkan.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyatakan bagi negara-negara berkembang, investasi di bidang penelitian dan pengembangan teknologi sangat penting, terutama untk mendukung konsep smart city. Melihat hal tersebut, ia memutuskan Kota Bandung harus melakukan investasi serius di bidang pengembangan teknologi.

Dengan teknologi yang maju, Ridwan percaya perwujudan konsep smart city akan dapat dicapai dengan baik. Pasalnya, teknologi yang maju dapat membantu pemerintah untuk membangun sistem pemerintahan yang lebih baik. Selain itu, Teknologi juga dapat mendekatkan jarak komunikasi antara pemerintah dan para warga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement