Rabu 22 Apr 2015 13:28 WIB
Konferensi Asia Afrika 2015

Jokowi Desak Reformasi PBB

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Indira Rezkisari
Sebuah helikopter berpatroli untuk mengamankan KTT Asia Afrika di sekitaran Jakarta Convention Centre, Jakarta, Rabu (22/4). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sebuah helikopter berpatroli untuk mengamankan KTT Asia Afrika di sekitaran Jakarta Convention Centre, Jakarta, Rabu (22/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendesak reformasi di tubuh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Hal itu disampaikan Jokowi saat membuka peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4).

Jokowi menilai, PBB tidak berdaya dalam menciptakan keadilan global. Fakta menunjukkan masih ada 1,2 miliar jiwa hidup di bawah garis kemiskinan dengan penghasilan kurang dari dua dolar AS per hari.

"Kita bangsa-bangsa di Asia Afrika, mendesak reformasi PBB agar berfungsi secara optimal sebagai badan dunia yang megutamakan keadilan bagi kita semua," kata Presiden yang langsung disambut tepuk tangan undangan yang hadir.

Lebih dari itu, Jokowi menilai, selama ini organisasi dunia itu juga tidak optimal dalam memainkan perannya sebagai pendorong perdamaian global. Hal itu dapat terlihat dari masih banyaknya konflik kekerasan yang terjadi di sejumlah negara Timur Tengah.

"Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB seperti yang kita saksikan telah menafikan keberadaan badan dunia yang kita miliki bersama itu," ucap Presiden yang membawakan pidatonya dalam bahasa Indonesia.

Jokowi menambahkan, ketidakadilan global juga ia rasakan karena masih adanya pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh bank dunia, International Monetary Fund (IMF) dan Asian Development Bank (ADB). Padahal, mantan gubernur DKI Jakarta tersebut menilai, pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa hanya diserahkan pada tiga lembaga keuangan internasional itu.

Bangsa-bangsa Asia Afrika, tegas Jokowi, harus membangun sendiri tatanan ekonomi baru demi kesejahteraan rakyatnya. Bangsa-bangsa Asia Afrika, lanjut dia, tak boleh terus-menerus berada di bawah kendali negara lain, tapi harus berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

"Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di muka bumi, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia siap memainkan peran global sebagai kekuatan positif bagi perdamaian dan kesejahteraan. Indonesia akan bekerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan cita-cita mulia itu," ucap Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement