REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat Timur Tengah dan dunia Islam Hasibullah Satrawi mendesak pemerintah untuk memanggil duta besar Arab Saudi dan koalisinya yang terlibat dalam perang di Yaman untuk mempertanggungjawabkan kerusakan kedutaan besar Indonesia akibat bom.
"Pemerintah harus bersikap tegas. Duta besar, kedutaan besar dan diplomat adalah simbol kedaulatan kita di luar negeri. Indonesia tidak terlibat dalam perang di Yaman, tetapi malah menjadi korban," kata Hasibullah Satrawi dihubungi di Jakarta, Selasa (21/4).
Hasib mengatakan sudah benar bila pemerintah mengecam kejadian tersebut. Namun, kecaman saja tidak cukup, apalagi dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kekerasan tidak bisa menyelesaikan masalah.
"Perlu ada diksi yang lebih tegas untuk menunjukkan kepentingan kita di Yaman. Apalagi, saat ini sedang ada perhelatan Konferensi Asia Afrika. Indonesia harus mampu memosisikan kedaulatan dan menunjukkan diri sebagai negara yang patut diperhitungkan," tuturnya.
Menurut Hasib, Indonesia adalah kiblat demokrasi bagi dunia Islam. Indonesia harus menjadi contoh bagi dunia Islam dan hal itu harus disampaikan kepada negara-negara lain dalam forum Konferensi Asia Afrika.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi mengecam keras serangan bom yang terjadi di Kota Sana'a, Yaman pada Senin (20/4) yang mengakibatkan korban luka dan kerusakan gedung kedutaan besar Indonesia.
"Saya ingin menyampaikan bahwa Indonesia mengecam keras serangan bom yang terjadi di Sana'a pada pukul 10.45 waktu setempat," kata Retno.
Retno menyebutkan serangan tersebut mengakibatkan beberapa staf diplomat Indonesia terluka, kerusakan gedung serta seluruh kendaraan milik kedutaan yang berada di area tersebut. Informasi awal yang diterima dari Sana'a, serangan tersebut ditujukan kepada depot amunisi yang berada di kawasan tersebut.
Jalan di sekitar kedutaan besar Indonesia rusak parah dan banyak korban jiwa warga sipil setempat yang berada di sekitar daerah tersebut.