Selasa 21 Apr 2015 16:25 WIB

Sejarah Perjuangan Kartini Dibelokkan Belanda

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Karta Raharja Ucu
 Pawai peringatan Hari Kartini.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pawai peringatan Hari Kartini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Islam, Tiar Anwar Bachtiar menjelaskan, bangsa Indonesia sudah menjunjung tinggi dan menghormati hak-hak perempuan sejak dulu. Bahkan, jauh sebelum era RA Kartini.

Tiar menuturkan, selain Kartini juga ada pahlawan perempuan lain yang kurang dikenal, yakni Rohana Kudus. Ia seorang muslimlah yang berjuang melawan Belanda lewat surat kabar.

"Namun Belanda lebih suka menonjolkan Kartini dengan menerbitkan surat-surat Kartini tujuh tahun setelah Kartini wafat. Namun sayangnya penerbitan surat-surat Kartini ini ditumpangi oleh kepentingan Barat untuk mendukung feminisme," kata Tiar di Jakarta, Selasa (21/4).

Agar surat-surat Kartini seolah mendukung feminisme, terang dia, maka hanya surat tertentu yang dipilih untuk dipublikasikan. Sementara kisah lain yang berisi Kartini belajar mengaji kepada Kiai Sholeh Darat dan ingin semakin mengenal Islam, justru ditutupi Belanda.

"Jadi kerjaan Belanda ini menutupi perjalanan spiritualitas Kartini. Makanya kita harus membuat rekontruksi baru sejarah perempuan Indonesia supaya lebih jujur dan jelas," ujarnya.

Selama ini, kata dia, sejarah Kartini diterbitkan oleh Belanda. Maka arah dan kisah Kartini yang dipublikasikan, tentu saja yang mendukung pemikiran Belanda sebagai pengusa kala itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement