Senin 20 Apr 2015 11:08 WIB

Genam: Miras Persoalan Semua Agama

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Hazliansyah
Penggagas gerakan Say No To Miras, Fahira Idris (kanan), menunjukan buku dan kaos bertuliskan Anti Miras di Jakarta, Senin (3/3).   (Republika/Tahta Aidilla)
Penggagas gerakan Say No To Miras, Fahira Idris (kanan), menunjukan buku dan kaos bertuliskan Anti Miras di Jakarta, Senin (3/3). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Miras (Genam) Fahira Idris menentang keras rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) membuka toko khusus minuman keras (miras) atau minuman beralkohol (minol) sejak diberlakukan larangan penjualan miras di minimarket.

Persoalan miras, ujar Fahira, bukan hanya persoalan agama tertentu. Jadi menurutnya tak elok kalau dikaitkan hanya agama tertentu.

“Minol atau miras itu persoalan semua agama karena memang dampak merusaknya luar biasa. Jangan melempar prasangka-prasangka yang bisa memancing amarah umat," katanya, Senin, (20/4).

Untuk persoalan lain, ujar Fahira, mungkin Ahok paling pintar tapi untuk miras beliau tidak mengerti apa-apa. Menurutnya, kebijakan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel yang melarang minimarket seluruh Indonesia menjual miras wajib didukung.

Kebijakan ini, terang dia, adalah salah satu bentuk revolusi mental. Sebab selama bertahun-tahun minimarket tetap jual miras walau lokasinya berada di permukiman, dekat sekolah, rumah sakit, terminal, stasiun, GOR, kaki lima, penginapan remaja.

“Minimarket di Jakarta itu paling parah, bahkan tetap jual minuman beralkohol walau di depan mesjid dan bersebelahan dengan sekolah," kata dia.

Namun, ujar Fahira, anehnya Ahok tak pernah marah melihat ini. Padahal berdasarkan riset Genam 2014, jumlahnya remaja yang mengkonsumsi miras sebanyak 23% dari total jumlah remaja Indonesia yang berjumlah 63 juta jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement