Ahad 19 Apr 2015 00:00 WIB

Sungai Martapura Tinggi Pencemaraan

Sungai Martapura, di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Foto: kabarbanjarmasin.com
Sungai Martapura, di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Banjarmasin menemukan kandungan air Sungai Martapura mengalami pencemaran tinggi dengan Total Dissolved Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS).

Menurut Kepala BLHD Kota Banjarmasin Hamdi, pencemaran yang dimaksud dengan TDS tersebut adalah benda padat yang terlarut berasal dari banyak sumber organik seperti lumpur, daun, plankton serta limbah industri dan kotoran. Sementara TSS adalah pencemaran bersumber dari lumpur, tanah liat, logam oksida, ganggang, bakteri dan jamur.

"TSS ini seperti adanya benda yang melayang-layang di air," jelasnya, Sabtu (18/4).

Dia mengatakan, kandungan TDS dan TSS di Sungai Martapura ini sudah melebihi batas baku mutu, yang terjadi kondisi air cukup keruh dan berbahaya di konsumsi langsung. "Hingga benar kalau pihak PDAM kesulitan mengolah air Sungai Martapura ini menjadi air bersih," ucapnya.

Sebelumnya Direktur Teknik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Yudha Ahmadi menyatakan pihaknya makin berat mengolah air bersih dari Sungai Martapura. "Itu karena air sungai yang kita ambil mengandung lumpur, belum lagi zat yang cukup berbahaya dikandungnya, hingga perlu banyak zat kimia," ujarnya.

Diutarakan Yudha, biasanya PDAM dapat mengolah air bersih sekitar 800 miligram perliter air baku, kini hanya dapat sekitar 600 miligram saja lagi karena air penuh lumpur. "Makanya saat ini pengolahan air bersih banyak sekali pembuangan lumpurnya," ucap Yudha.

Dengan demikian, lanjutnya, maka pengolahan air bersih ini semakin berat, hingga diibaratkan PDAM melakukan pengolahar air cukup mahal tapi dijualnya murah. "Sebab kita mengutamakan kualitas untuk pelayanan bagi masyarakat terhadap air bersih ini," ujarnya.

Sehingga, rencana PDAM membangunan embung air atau tempat penampungan air raksasa di Pematang Panjang daerah Kabupaten Banjar merupakan program jangka panjang untuk ketahanan air baku yang kepentingannya untuk masyarakat. "Kalau tidak ada persiapan air baku yang berkualitas, dikhawatirkan krisis air akan melanda daerah ini nantinya," ucapnya.

Rencana pembangunan penampungan air raksasa secara alami ini pun sudah dilakukan dengan membebaskan lahan puluhan hektar. "Memang pembangunan ini dilakukan bertahap, karena membutuhkan anggaran yang sangat besar hingga mencapai Rp 300 miliar," ungkapnya.

Saat ini, ketahanan air baku PDAM Banjarmasin yang berasal dari Sungai Martapura dan Irigasi Riam Kanan memang masih mencukupi untuk pelayanan lebih 150 ribu pelanggan PDAM.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement