REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Jakarta menduduki peringkat teratas sebagai kota termacet di antara 78 kota dunia lainnya. Kemacetan, rata-rata pengemudi harus berhenti sebanyak 33.240 kali per tahun. Jumlah itu dua kali lipat dibandingkan kemacetan di New York. Fakta ini diungkap melalui hasil penelitian perusahaan oli motor Castrol.
Kondisi ini diperparah dengan pertambahan setidaknya seribu mobil dan motor baru di Jakarta setiap harinya. “Kemacetan di Jakarta sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Dalam waktu dekat, kota akan lumpuh oleh lalu-lintas,” kata seorang pengguna jasa transportasi umum, Budi Edi Pratino, seperti dikutip Reuters, Jumat (17/4). Budi juga telah menjual sepeda motornya untuk memangkas pemborosan waktu ketika menempuh perjalanan.
Ada harapan besar dari masyarakat Jakarta pada sistem transportasi MRT yang masih dalam proses pembangunan dan direncanakan selesai pada awal 2018. “Tetapi efeknya (MRT) akan terbatas pada awalnya,” ungkap Presiden Direktur MRT, Dono Boestami, masih dikutip Reuters.
Dia menambahkan akan menyediakan opsi alternatif, seperti membangun kereta-kereta ringan (LRT) agar ada perubahan nyata dalam mengatasi macet Jakarta.
Jika semua hal itu berjalan sesuai rencana, tingkat kemacetan Jakarta bisa ditekan sampai 30 persen. “Tetapi ini tidak akan terjadi pada awal 2024. MRT kedua dan jalan tol dalam kota juga akan diperlukan,” tambah Boestami.