REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Anggota Komisi X DPR RI T Taufiqulhadi mengatakan soal ujian nasional (UN) yang bocor dan beredar di internet tidak terjadi serta-merta, namun dilakukan secara sistematis.
"Kebocoran soal yang terjadi saat ini, tidak terjadi serta-merta tapi secara sistematis. Oleh karena itu perlu diusut tuntas," ujar Taufiqulhadi di Jakarta, Kamis (16/4).
Sebanyak 30 soal UN bocor di internet. Soal itu diunggah ke penyimpanan data google atau google drive. Hal itu diketahui oleh seorang guru di Jakarta, yang kemudian melaporkannya ke Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Saat ini, tautan tersebut sudah diblokir. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menduga ada campur tangan percetakan dalam kebocoran soal itu. "Kalau memang benar, pelaku kebocoran itu adalah oknum di Percetakan Negara, maka harus diselediki secara tuntas apa maksud dari membocorkan soal itu," kata dia.
Politisi Nasdem itu menjelaskan bahwa kunci untuk mencegah kebocoran adalah penegakan hukum. Jika konsisten penegakan hukum tanpa pandang bulu, maka masyarakat sadar tentang pentingnya kejujuran.
Meski tak menjadi penentu kelulusan, pelaksanaan UN masih sarat dengan kebocoran dan perilaku tidak jujur.
Tidak hanya di Jakarta, kebocoran juga terjadi di Yogyakarta dan Sumatera Barat. UN berbasis komputer atau "computer based test" yang diujicobakan tahun ini juga sarat masalah, seperti kesulitan mengunduh soal, masalah jaringan, hingga masalah listrik.