REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabareskrim Polri, Komjen Budi Waseso, mengatakan terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman memiliki keahlian membuat jaringan baru pengendar narkoba, dengan memanfaatkan oknum lapas.
"Sebagian bisa diungkap dan ditangani," ujar Budi, Kamis (16/4).
Kabareskrim melanjutkan, saat ini petugas sedang mendalami apakah terdapat aliran dana dari Freddy ke petugas lapas. Akan tetapi, saat ini sudah diblokir rekening Freddy dan dilakukan penyitaan terhadap aset-asetnya.
Untuk mempercepat eksekusi terhadap Freddy, kata Budi, pihaknya hanya bisa memberikan rekomendasi. Misalnya dengan disegarakan eksekusi maka jaringan narkoba Freddy bisa cepat tertangani.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri mengungkapkan jika terpidana mati Freddy Budiman memberi sejumlah fasilitas kepada sipir, termasuk untuk dapat berkomunikasi dengan dunia luar.
Fasilitas yang dijanjikan Freddy kepada sipir, ujar Anjan, kemungkinan berupa rumah atau mobil. Namun belum diketahui dari mana asalnya rumah dan mobil yang dipakai Freddy untuk menyogok itu.
Penyidik Polri belum menyimpulkan tindakan Freddy tersebut sebagai pidana pencucian uang, sebab masih diperlukan pendalaman kasus. Terkait dugaan tersebut, penyidik Polri telah memeriksa dua sipir di Nusakambangan dan seorang sipir di Cipinang.
Tidak hanya itu saja, dari balik jeruji Freddy juga mengendalikan penjualan Narkoba jenis baru bernama CC4. Kekuatan CC4 disebut 10 kali lebih kuat dibandingkan pil ekstasi. Bentuk narkotik jenis baru ini seperti perangko dan disebut juga ekstasi kertas.