REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR-- Kasus bocornya soal Ujian Nasional (UN), disesalkan juga oleh rektor Institute Pertanian Bogor (IPB), Herry Suhardiyanto. Sebagai orang pendidikan dia menyesalkan hal tersebut. Namun, kebocoran itu tidak mempengaruhi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN).
"Tapi kan, nilai UN hanya bersifat pertimbangan saja," ujarnya kepada Republika, Kamis (15/4).
Karena yang digunakan oleh IPB sendiri untuk meyeleksi masuk mahasiswa baru, menggunkan nilai raport. Bukan, menggunakan nilai UN sebagai patokan. Dia mengaku gembira ketika nilai UN tidak menjadi syarat kelulusan.
Walaupun pertama kali pihak Kementerian Pendidikan, mengusulkan syarat masuk 10 persen UN dan 90% nilai raport. Namun, IPB sendiri menolaknya. Menurutnya nilai raport lebih adil dibandingkan dengan nilai UN.
Ia menyontohkan pada nilai raport Ujian Tengah Semester (UTS), dapat dikalikan 40 persen dikali 100 hasilnya akan 100 persen. Kemudian, UN pun demikian jika 60 persen dikali 100 nilainya akan menjadi 100 persen.
Tahun 2015 ada yang membludak daftar masuk ke IPB. Lalu, seleksinya pakai nilai raport. Jadi IPB lebih suka dengan penilan berdasarkan Peringkat Akademik Sekolah (PERAK). Antara swasta dan negeri tertentu di sekolahnya, jadi kita tertentu, ada yang 2, 3 atau 7 terbaik.
Itulah ukuran kepercayaan IPB, kepada sekolah. Namanya Peringkat Akademik Sekolah (PERAK). UN dipertimbangan terakhir. Kalau saya menyayangkan dari orang pendidikan adanya kebocoran. "Jadi kita percaya sekolah yang kita pilih, ada yang 2, 3, 5, atau 7 terbaik. Itulah ukuran kepercayaan IPB, kepada sekolah," jelasnya.