REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Privatisasi air merupakan kasus yang harus menjadi perhatian dan pembahasan bagi para peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015. Ketua Walhi Jawa Barat, Dadan Ramdan menyebut, banyak juga negara peserta yang mengalami persoalan serupa seperti Indonesia.
"Masalah privatisasi air harus menjadi perhatian bagi peserta KAA, sebab beberapa negara di Asia dan Afrika seperti Bolivia, Tanzania, Ghana, dan Nigeria masih mengalami privatisasi air," kata Dadan Ramdan, Ahad (12/4).
Ia menyebutkan, Indonesia telah berani melakukan perubahan dengan menolak privatisasi air yang dilakukan perusahaan swasta. Menurut dia semangat itu bisa menjadi contoh bagi negara-negara yang masih mengalami privatisasi air sekaligus spirit untuk mengambil kembali hak masyarakat akan air.
"Kami juga akan coba sampaikan pesan ini kepada para delegasi Konferensi Asia Afrika," katanya.
Sementara itu sebanyak 200 replika kendi raksasa yang terbuat dari bilah bambu yang ditutup koran akan diarak para aktivisi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat dari Babakan Siliwangi menuju Pemkot Bandung, pada 22 April 2015.
"Alasan kami memakai kendi karena itu merupakan wadah penampung air yang sering digunakan masyarakat di berbagai belahan dunia. Kami menggunakannya sebagai simbol dalam melawan privatisasi air," katanya. Menurutnya, karnaval yang akan diselenggarakan juga merupakan bentuk aksi memperingati Hari Bumi setiap 22 April.