REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Technology and Engineering Simulation (TES) di Lembang, Bandung, sanggup membuat simulator beberapa alutsista, termasuk kendaraan tempur (ranpur) dan pesawat tempur. Kementerian Pertahanan (Kemenhan) megapresiasi kemampuan PT TES yang sanggup membuat simulator canggih, yang bisa bersaing dengan perusahaan luar negeri.
Kasubdit Athan Direktorat Kerja sama Internasional Kemenhan Kolonel Iskandar menyatakan, pemerintah mendukung penuh berkembangnya perusahaan swasta yang sanggup menyediakan produk alutsista dalam negeri. Salah satu langkah konkret yang dilakukan Kemenhan adalah ikut mempromosikan produk lokal dengan mengajak 27 orang atase pertahanan dari 25 negara untuk berkunjung ke kantor PT PES.
Menurut Iskandar, langkah itu ditujukan agar perkembangan perusahaan alutsista swasta bisa lebih maju. Apalagi, berdasarkan UU Industri Pertahanan, setiap komponen alutsista yang sudah bisa dibuat di Indonesia, wajib dibeli TNI. Pun kalau memiliki kualitas bagus, pihaknya juga turut mempromosikan agar negara tetangga bisa memahami bahwa Indonesia sudah bisa menciptakan produk simulator canggih.
"Kita berpatokan pada aturan pemerintah mengutamakan produksi dalam negeri. Peluang kita lebih bagus lagi," kata Iskandar kepada wartawan, kemarin. "Ini kesempatan kita untuk memperkenalkan industri kita. Termasuk kerjasama."
Iskandar melanjutkan, salah satu kendala mengapa perusahaan dalam negeri kurang bisa bersaing bukan karena produk yang dihasilkan, melainkan lebih kepada pengenalan kepada user. Karena itu, Kemenhan terus berupaya agar produk yang dikeluarkan PT TES dapat digunakan TNI maupun militer negara lain.
Pasalnya, kalau industri pertahanan Indonesia maju, hal itu juga ikut memberikan sumbangsih kemajuan ekonomi negara. "Keunggulan dari skill perorangan bagus. Kurang promosi dan pemasaran. Step by Step buka hubungan kunjungan," ujar Iskandar.
Hingga kini, pencapaian PT TES memang sungguh menakjubkan. Selain sudah menjalin kerjasama dengan beberapa militer di luar negeri, produk perusahaan yang berdiri sejak 2004 tersebut juga digunakan TNI. Di antaranya meningkatkan kemampuan simulator pesawat Hawk/100-200 TNI AU di Pekanbaru, helikopter Super Puma NAS 332 TNI AU di Lanud Atang Sendjaja, dan simulator helikopter Bell 412 Pusat Penerbangan TNI AD (Penerbad) di Semarang, serta pesawat CN235 yang dikirim ke Korea Selatan.
Tidak hanya itu, simulator Fight FMS (Full Mission Simulator), simulator multiranpur yang bisa digunakan untuk tank FV101 Scorpion, AMX 13, dan panser Anoa. Kita, PT PES juga mengerjakan simulator pesawat tempur F-16 dan menjajaki pembuatan konten lokal untuk pesawat Sukhoi.
Business Development Manager PT TES Iqbal Tirtosudiro menyatakan, perusahaannya ikut terlibat dalam pengingkatan kemampuan sistem deteksi dini radar di Indonesia. Dari yang semula masih memakai teknologi analog kini sudah didigitalisasi.
Dalam meningkatkan kemampuan radar, tentu saja pihaknya harus berkonsultasi dengan pengguna agar memiliki visi sama. "Itu sesuai dengan perkembangan doktrin militer TNI," ujar Iqbal.
PT PES juga ikut terlibat dalam pemasangan air traffic control (ATC) di bandara di Timor Leste. Kepercayaan itu didapat setelah pengelola bandara Timor Leste mengakui bahwa produk PT TES memiliki kualitas dunia, namun harga yang ditawarkan sangat bersaing.
Di luar bidang militer, PT TES melakukan rehabilitasi terhadap instrumen pembangkit milik PLN yang sudah tidak diproduksi perusahaan asalnya. Tujuannya agar pembangkit itu bisa lebih berdaya dan berumur lebih panjang.