REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyebut Presiden Joko Widodo memerlukan seorang juru bicara (jubir) kepresidenan yang profesional. Menurutnya, selama enam bulan kepemimpinan hingga saat ini, banyak komentar dari Presiden Joko Widodo yang sering menimbulkan polemik.
"Saya rasa gaya kepemimpinan seperti Pak Jokowi membutuhkan figur juru bicara Presiden yang sepaham dengan karakternya," kata Hendri Satrio, Rabu (8/3).
Menurutnya, dampak polemik dari komentar tersebut terkadang tidak kecil bagi masyarakat. "Dampak terbaru adalah tentang informasi naiknya tunjangan mobil bagi pejabat, katanya isu-nya ia tidak mengetahui isi yang ditandatangani," ujarnya.
Menurut Hendri, hal tersebut berbahaya karena sebagai figur Presiden, seorang pemimpin harus mengolah gaya penyampaian informasi dan komunikasi yang baik.
"Belum sempat memperbaiki gaya komunikasi, biasanya sudah ada lagi polemik baru yang muncul, ini akan menjadi permasalahan yang sederhana namun berbahaya," kata Hendri.
Selain itu, kata dia, gaya komunikasi Presiden Joko Widodo seharusnya ditata mulai dari ucapan hingga gaya tubuh, jadi akan meminimalkan terjadinya kesalahan makna.
Ia menambahkan, rata-rata pemimpin dunia mempunyai jubir atau staf khusus yang menangani pola komunikasi seorang pemimpinnya. "Gaya blususkan adalah pola lama, sekarang harus ada yang diubah," ujarnya.