Selasa 07 Apr 2015 20:50 WIB

BMKG: Masyarakat DIY Harus Tahu Mitigasi Gempa

Gempa Bumi
Gempa Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gempa berkekuatan besar seperti yang terjadi pada Mei 2006 masih berpotensi terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga masyarakat harus mengetahui mitigasi bencana.

"Pengulangan gempa pasti terjadi, namun periodesasinya yang tidak tentu," kata Kasi Observasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta Bambang Subagy, Selasa (7/4).

Menurut dia, gempa bumi ada periode ulangnya, namun memang belum bisa diprediksi kapan akan terjadi karena selama ini belum ada alat atau penelitian yang mampu memastikannya.

"Guna mengantisipasi atau meminimalkan risikonya, masyarakatpun dapat melakukan beberapa upaya. Salah satunya dalam memilih konstruksi bangunannya. Harus beton bertulang yang memenuhi standar kegempaan," katanya.

Ia mengatakan selain dengan beton bertulang, dalam pemilihan genteng dicari yang lebih ringan, agar jika sewaktu-waktu terjadi gempa dan ada yang jatuh, tidak terlalu menimbulkan luka yang parah.

"Sebenarnya agar tahan gempa, konstruksi bangunan rumah dari kayu lebih lentur karena dapat mengikuti gerak. Tapi, rumah seperti ini, contohnya joglo (rumah Jawa) sudah jarang," katanya.

Bambang mengatakan terakhir wilayah DIY mengalami bencana gempa dengan kekuatan besar yaitu pada Mei 2006, dengan korban jiwa lebih dari 4.000 orang. "Sebelumnya, sekitar 1943 pernah juga terjadi gempa besar," katanya.

Ia mengatakan periodesasi gempa ini akan terjadi karena di wilayah selatan Pulau Jawa ada lempengan, dan lempengan tersebut bergerak terus, mengumpulkan energi. "Begitu ada tempat yang tidak tahan, muncul getaran. Ibarat penggaris yang akan kita patahkan. Ketika dua sisi ujungnya kita lipat perlahan, akan patah dan tidak tahu patahnya di mana," katanya.

Dalam mengumpulkan energi tersebut, kata dia, akan terlepaskan jika terjadi gempa. Maka, bisa dibilang energi akan semakin besar jika lama tidak ada getaran. "Kami malah tidak khawatir kalau sering terjadi gempa. Maka energinya bisa selalu terlepas," katanya.

Selama 2015 ini, pihaknya baru mencatat satu kali gempa. Itupun sumbernya dari Pacitan, Jawa Timur, yang dirasakan sampai DIY. "Sekitar Februari lalu itu. Tapi kalau 2014, minimal satu bulan terjadi sekali gempa. Ini sedikit membuat kami khawatir," katanya.

Menurut dia, dari empat kabupaten dan satu kota yang ada di DIY, yang paling rawan adalah di Kabupaten Bantul terutama karena wilayah tersebut berada paling dekat dengan pantai selatan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY Heri Siswanto mengatakan setidaknya ada dua jenis bencana yang tidak bisa diprediksi yaitu gempa dan puting beliung.

"Kedua jenis bencana ini yang diprioritaskan dalam pemetaan potensi ancaman bencana di DIY. DIY memang wilayah yang paling banyak potensi ancaman bencana. Setidaknya ada 12 jenis ancaman termasuk gempa dan cuaca ekstrem," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement