Selasa 07 Apr 2015 14:18 WIB

'Waspada Tsunami Gula Impor'

Gula impor
Foto: Antara
Gula impor

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Arum Sabil mengingatkan pemerintah agar jangan sampai terjadi tsunami gula impor terutama gula kristal putih (raw sugar). Kondisi tersebut berdampak negatif kepada petani lokal.

"Apabila impor tidak dibatasi, dikhawatirkan terjadi tsunami gula yang akan sangat merugikan petani," kata Arum dalam forum dialog petani tebu menjelang kehadiran Menteri BUMN Rini Soemarno di Jember, Jawa Timur, Selasa (7/4).

Berdasarkan data yang didapat APTRI, lanjut dia, sebuah pabrik gula di Blora, Jawa Tengah, terindikasi sudah mengajukan izin untuk impor gula sebanyak 300.000 ton pada 2015.

"Tidak hanya di Jateng, di Jawa Timur juga ada pabrik gula yang sudah mengajukan izin untuk mengimpor sebanyak 750 ribu ton untuk tahun 2015," paparnya.

Ia menjelaskan arus impor gula yang relatif deras merembes ke pasar tradisional dan menekan harga gula lokal. Sehingga, kata dia, gula kristal rafinasi untuk keperluan industri makanan dan minuman merembes ke penjual eceran.

"Pemerintah harus ekstra ketat membatasi gula impor dan melihat dengan detail sejauh mana kebutuhan gula untuk industri, sehingga gula rafinasi tidak masuk ke pasar lokal," katanya.

Menurut dia, secara umum produktivitas industri gula nasional masih rendah dan baru mencapai sekitar enam ton gula per hektare dengan komponen berat tebu 70 ton per hektare. Begitu juga rendemen dengan maksimal 7,5 persen.

"Kendati produktivitas masih rendah, namun tidak menutup kemungkinan Indonesia bisa mewujudkan swasembada gula dengan kesungguhan semua pihak," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement