REPUBLIKA.CO.ID, SERANG-- Pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, Leo Agustino, mengatakan, Kongres PDI Perjuangan yang digelar di Bali pada 9-12 April merupakan momen penting untuk mengembalikan sinergi antara Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum DPP-PDI-P Megawati Soekarnoputri yang dinilai renggang akhir-akhir ini.
"Kongres PDI-P nanti tidak hanya mengembalikan hubungan yang mesra antara Jokowi dan Megawati seperti pada masa sebelum Pilpres 2014 lalu. Namun kongres tersebut juga bisa dilihat sebagai bagian dari konsolidasi antara pengurus partai dengan anggota-anggota partainya, termasuk anggota partainya yang kini jadi Presiden, Menteri maupun kepala daerah," kata Leo, di Jakarta, Selasa (7/4).
Menurut dia, kader partai yang kini jadi pejabat publik akan 'memudar' jika dikembalikan dalam konteks kepartaian karena bukan tidak mungkin mereka bukanlah siapa-siapa dalam kongres tersebut.
Leo melihat pertemuan antara Jokowi dan Megawati serta kader lainnya dalam kongres nanti akan menjadi momen penting bagi PDI-P untuk merajut kebersamaan dalam membesarkan partai. Dalam kongres akan terlihat apakah Jokowi datang sebagai kepala negara/kepala pemerintahan atau sebagai kader PDI-P.
"Jika Jokowi datang sebagai kader partai, maka arah kebijakan umum partai akan menjadi 'arahan' atau setidaknya mesti dilaksanakannya ketika ia kembali menjadi pejabat publik. Jokowi merupakan bagian dari keluarga besar PDIP yang diamanatkan ketua umumnya untuk menjalankan amanat tertentu yakni menyejahterahkan rakyat," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, akan sangat mungkin komunikasi antara Jokowi dengan Megawati menjadi momen yang sangat dinantikan oleh banyak pihak. Bukan hanya oleh internal partai, tetapi juga oleh semua partai politik yang ada di dalam pemerintahan ataupun di luar pemerintahan.
"Sebab komunikasi antara keduanya (Mega dan Jokowi) akan memberi warna terhadap lanskap politik Indonesia ke depan," tuturnya.