Selasa 07 Apr 2015 09:01 WIB

Harga Cabai di Denpasar Perlahan Turun

Pedagang memeriksa cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (6/5).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pedagang memeriksa cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di Kota Denpasar, Bali, turun menjadi sekitar Rp 22 ribu per kilogram, sedangkan pekan lalu sempat mencapai Rp 35 ribu per kg."Harga cabai turun disebabkan pasokan dari Pulau Jawa maupun Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) cukup banyak," ujar Agustini, pedagang di Pasar Badung, Denpasar, Selasa (7/4).

Selain jumlah pasokan cabai dari uar Bali cukup banyak, kata dia, penyebab lain harga cabai rawit turun karena tanaman budi daya petani di Pulau Dewata memasuki panen raya. Menurut dia, dampak dari penurunan harga cabai rawit tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap omzet penjualan dagangannya mengingat konsumen yang datang pasang surut.

"Saat cabai rawit mahal, masyarakat berbondong-bondong membeli. Namun ketika harganya sudah turun justru tidak terlalu banyak yang membeli," ujarnya.

Selain itu, penyebab harga cabai kembali turun karena kondisi cuaca di Pulau Dewata yang membaik sehingga jumlah pasokan cabai rawit dari petani lokal mencapai 16 ton per hari.Untuk itu, pihaknya tidak mengkhawatirkan kondisi cabai rawit yang dimilikinya cepat membusuk. Kemudian untuk harga cabai besar saat ini sekitar Rp 20 ribu per kg atau naik Rp 2 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp 18 ribu kg.

Windia, pedagang di Pasar Kumbasari, Denpasar, mengakui harga cabai rawit turun menjadi Rp 22 ribu per kilogram, padahal tiga pekan lalu melonjak hingga Rp 38 ribu per kg.

Sebelumnya harga cabai sempat melambung tinggi, namun saat ini turun, kemungkinan disebabkan suplai dari luar Bali cukup banyak," ujarnya. Selain itu, untuk harga cabai besar saat ini masih cukup stabil Rp 19 ribu per kg dan belum mengalami kenaikan harga untuk jenis komoditas barang itu. Pihaknya menuturkan untuk cabai rawit yang dijual di tempatnya itu, didapat dari petani yang berasal dari Kabupaten Gianyar, Bali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement