Selasa 07 Apr 2015 09:54 WIB

Ini Faktor yang Sebabkan Efek Rumah Kaca di Indonesia

Rep: c09/ Red: Dwi Murdaningsih
Emisi karbon
Foto: concurringopinions.com
Emisi karbon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang memproduksi gas emisi terbesar di dunia. Sebagai negara berkembang yang turut berkontribusi terhadap perubahan iklim global, Indonesia harus menemukan cara untuk merubah hal itu.

Berikut beberapa faktor penting dalam produksi gas emisi di Indonesia yang dapat menyebabkan efek rumah kaca, seperti dilansir wowshark.com.

Penggundulan hutan

Indonesia menjadi negara terburuk dalam mengelola hutan hingga terjadi banyak penggundulan. Sebanyak 840 hektar lahan hutan telah ditebang pada 2012. Rata-rata hilangnya hutan primer mencapai 498 hektare per tahun. Sehingga 37 persen efek rumah kaca di Indonesia berasal dari penggundulan hutan.

Mengapa penggundulan hutan menjadi masalah? Hutan primer merupakan penyerap karbon dioksida (CO2), sehingga dapat membantu mengurangi karbon dioksida di atmosfer. Selain itu, metode yang digunakan dalam penggundulan hutan, yaitu dengan cara dibakar, turut menyumbangkan berton-ton CO2.

Polusi transportasi

Pada 2013, 104 juta kendaraan bermotor telah terdaftar di Indonesia. Selain itu, 1,6 penerbangan domestik terjadi di negeri ini. Sehingga tidak mengherankan jika 114 juta ton CO2 dilepaskan pada tahun itu. Dapatkah Anda bayangkan berapa banyak CO2 yang diproduksi pada 2015?

Besarnya konsumsi energi

Indonesia berkembang dengan cepat, sehingga memiliki tuntutan besar dalam menggunakan listrik. Per hari saat ini, Indonesia menggunakan 173,8 miliar kWh, sangat jauh bila dibandingkan dengan 10 tahun lalu, yaitu hanya 92 miliar kWh. Listrik adalah energi yang sangat penting, tapi produksi listrik perlu dikhawatirkan, mengingat 72 persen dari listrik negara dihasilkan oleh pembakaran batu bara, minyak dan gas.

Penumpukan dan pembakaran sampah

Indonesia merupakan salah satu penghasil sampah terbesar di dunia. Setiap tahun, 38.5 juta ton sampah perkotaan dibuang ke 450 tempat pembuangan sampah resmi. 50 persen sampai 70 persen dari sampah tersebut adalah sampah organik. Sebanyak 76 persen rumah tangga di Indonesia tidak memisahkan sampah menjadi dua jenis berbeda, yaitu organik dan non organik.

Semua sampah yang terurai dan menghasilkan metana. Metana diketahui 20 kali lebih efisien dalam menghalau radiasi di atmosfer bumi. Masalah klasik lain yang dimiliki Indonesia berasal dari tradisi membakar sampah. Sampah organik dan sampah plastik disatukan untuk dibakar, padahal hasil pembakarannya adalah gas beracun dan mampu meningkatkan efek rumah kaca.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement