Senin 06 Apr 2015 19:05 WIB

Nelayan yang tidak Mengenal Hari Nelayan

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas melakukan pengisian solar kapal nelayan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Jumat (6/2).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melakukan pengisian solar kapal nelayan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Jumat (6/2).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Para nelayan di Desa Pengambengan dan Dusun Pebuahan Desa Banyubiru, Kabupaten Jembrana, Bali menjadi sebagian nelayan yang tidak mengenal Hari Nelayan. Sehari-hari yang mereka pikirkan adalah menyiapkan diri untuk turun melaut dan berdoa agar hasil tangkapan memadai.

"Kami tidak mengenal hari nelayan, kami hanya bisa melaut," kata Nur Hamidin, nelayan di Dusun Pebuahan, pada Republika, Senin (6/4).

Dikatakannya, apakah itu Hari Nelayan atau hari-hari lainnya, tidaklah begitu penting. Karena yang paling utama, bagaimana memperoleh hasil tangkapan dan bisa memasarkannya dengan harga yang bagus.

Secara terpisah, pengelola perahu nelayan di Desa Pengambengan, M Kamil mengatakan, para nelayan sudah terlalu sibuk dengan kegiatan mereka menangkap ikan. Seharinya-harinya tambah Kami, sejak pagi para nelayan sudah berkemas, kemudian berangkat melaut sekitar 14.00 WIta dan baru kembali menjelang subuh.

Jadi kata Kamil, para nelayan hanya bisa beristirahat dan berkumpul dengan keluarga hanya 4-5 jam sehari. Karena itu kata Kamil, hampir tidak ada waktu bagi mereka untuk memikirkan hal-hal lain.

"Apalagi kalau hasil tangkapan lagi sepi, para nelayan dibingungkan pula untuk mecari pinjaman uang untuk menghidupi keluarga. Jadi sudah nggak sempat untuk memikirkan yang lainnya," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement