REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pondok pesantren ikut terkena dampak negatif dari pemblokiran sejumlah situs Islam yang dilakukan pemerintah. Pemimpin Redaksi Hidayatullah.com Mahladi mengatakan, sejumlah pondok pesantren kini mendapat stigma dari masyarakat sebagai tempat pembinaan calon teroris.
Hidayatullah.com sendiri merupakan satu dari 22 situs Islam yang direkomendasikan untuk diblokir oleh Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Meski demikian, Mahladi menegaskan pihaknya tidak menyebarkan paham radikalisme apalagi mengajak orang bergabung dengan kelompok teroris.
"Kami dituduh mengkafirkan negara. Padahal dalam editorial kami, kami mengatakan bahwa Rasul pernah membatalkan rencana menyerang suatu daerah karena mendengar suara adzan. Sementara di Indonesia mendengar adzan mudah sekali," ujarnya dalam sebuah forum diskusi di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Jalan Kalibata Timur, Ahad (5/4).
Mahladi mengaku, Hidayatullah sendiri memiliki ratusan pesantren yang tersebar di 299 kabupaten/kota di Indonesia. Setelah terjadi pemblokiran, dia menyebut bahwa pesantren terkena imbasnya. Muncul stigma pesantren-pesantren milik Hidayatullah adalah tempat mencetak teroris. Padahal, menurut Mahladi, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono saja pernah mengunjungi pesantren milik mereka.
Mahladi menuturkan, Hidayatullah.com telah berdiri sejak 1996 sebagai versi online dari Majalah Hidayatullah yang telah ada sejak 1988. Meski telah berdiri lama, hingga kini Hidayatullah yang berbasis di Jakarta dan Surabaya belum terdaftar di Dewan Pers.