Sabtu 04 Apr 2015 19:09 WIB

Indonesia Super (Njelimet) League

Citra Listya Rini
Foto: Dok Pri
Citra Listya Rini

Oleh: Citra Listya Rini

Redaktur Bola Republika

Indonesia Super (Njelimet) League boleh dibilang begitulah potret kompetisi sepak bola di Tanah Air kita. Kick off ISL 2015 atau yang kini berganti nama menjadi QNB League (setelah PT. Liga Indonesia menjalin kerja sama dengan Qatar National Bank Group) digaungkan per Sabtu (4/4) setelah sempat mengalami penundaan.

Kompetisi musim ini ibarat perjalanan baru bagi dunia sepak bola Indonesia yang kerap menghadirkan cerita kurang sedap untuk didengar. Kenapa perjalanan baru? Pertama, nama ISL berubah menjadi QNB League. Kedua, kompetisi kali ini minus duo tim papan atas Jawa Timur, yakni Arema Cronus dan Persebaya Surabaya.

Ya, QNB League hanya akan diikuti 16 klub bukan 18 klub seperti ISL musim lalu. Bukan tanpa pasal Arema dan Persebaya tidak mengikuti QNB League musim 2015. Sebagian dari pembaca juga pasti sudah tahu apa pangkal penyebab Arema dan Persebaya tidak mengikuti QNB League.

Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tidak memberikan rekomendasi kepada Arema Cronus dan Persebaya Surabaya, untuk mengikuti kompetisi. Salah satu penyebab dari beberapa faktor adalah ketidakjelasan pemilik kedua klub tersebut, sehingga kelegalannya pun dipertanyakan.

"Persoalannya salah satunya adalah kepemilikan itu. Bukan itu saja, yang lainnya seperti akta dan lain-lain. Kalau sadar dan tidak angkuh, mungkin persoalan ini sudah selesai. Kami mencoba agar mereka sadar," kata Ketua BOPI, Noor Aman, di Kantor Kemenpora, belum lama ini.

Aman menyayangkan hal itu terjadi. Seharusnya, Arema dan Persebaya dapat menyelesaikan permasalahan klasik mereka. Apalagi konflik tersebut sudah lama muncul, yang semestinya dapat diselesaikan. Konflik yang dialami baik oleh Arema maupun Persebaya merupakan buntut dualisme di masa lalu, antara keikutsertaan di Indonesia Premier League (IPL) dan ISL.

''Mungkin bisa di 2016 kalau penuhi syarat-syarat tadi dan tak ada konflik. Kan ada pengadilan dan saya juga belum tahu. Bisa saja satu sampai dua minggu ke depan kelihatan, siapa pemilik sebenarnya," ujar Aman. “Persebaya dan Arema tak akan berlaga dan ingat 16 klub yang direkomendasikan tidak boleh berlaga melawan dua klub itu.''

Bahkan, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora Gatot Dewa Broto mengatakan institusinya sudah mengirim surat ke kepolisian Malang dan Surabaya. Tujuannya agar aparat tidak mengeluarkan izin bertanding klub Arema maupun Persebaya.

"Kita sudah surati kepolisian Surabaya dan Malang," kata Gatot kepada Republika Online (ROL) di Jakarta menjelang kick off QNB League musim 2015.

Gagal mengikuti kompetisi, kubu Arema pun tidak tinggal diam. Segala cara dilakukan klub berjuluk Singo Edan itu sedang menempuh jalan agar bisa meloloskan diri ikut kompetisi. Manajemen Arema Cronus berkeras akan tetap menggelar laga perdana Indonesia Super League (ISL) 2015 atau yang kini berganti nama QNBB League sesuai jadwal.

Selain tetap menggelar pertandingan melawan Persija Jakarta, Singo Edan juga bakal mengeluarkan sikap resmi dalam bentuk surat salah satunya kepada Presiden Joko Widodo. "Senin (6/4) kami akan sampaikan surat kepada Presiden Jokowi, Menpora Imam Nahrawi dan beberapa instansi terkait," kata CEO Arema Cronus, Iwan Budianto.

Iwan mengambil langkah tersebut agar BOPI dalam memutus sebuah tim layak atau tidak ikut kompetisi harus berdasarkan data yang ada. Materi yang disampaikan pada surat tersebut, yakni mengenai berbagai hal yang selama ini disoroti, termasuk dualisme dan legalitas Arema Cronus.

"Kami juga akan sampaikan dalam surat itu bahwa kalau kita tidak bertanding kita akan terdegadrasi dan hal itu akan menyebabkan konflik sosial di Malang," ujar Iwan.

Pun, Persebaya seakan tidak mengindahkan peringatan dari BOPI. Bajul Ijo tidak terpengaruh keputusan BOPI yang menyatakan klub tersebut tidak lolos verifikasi dan tidak direkomendasikan tampil sebagai peserta QNB League 2015.

"Tim pelatih dan pemain tetap berlatih seperti biasa dan tidak terpengaruh hasil rekomendasi," kata Pelatih Persebaya Surabaya, Ibnu Grahan, ketika dikonfirmasi.

Ibnu juga menegaskan timnya tetap berlatih dan fokus terhadap pertandingan perdana melawan Mitra Kukar di Gelora Bung Tomo Surabaya yang jadwalnya dilaksanakan Ahad (5/4).  Lantas, apa benar dengan dicoretnya Arema dan Persebaya maka para pemain kedua klub tersebut menjadi tumbal?

Pengamat sepak bola nasional, Budiarto Shambazy, menilai putusan rekomendasi BOPI menjadikan pemain sebagai tumbal. Menurutnya, sanksi larangan bermain tidak pantas diberikan kepada klub. Karena menyangkut mata pencaharian pemain di dua klub tersebut. "Kalau sanksinya dilarang bermain. Akhirnya putusan rekomendasi BOPI hanya menjadikan pemain sebagai tumbal," kata Budiarto.

Terlepas pemain Arema dan Persebaya yang menjadi tumbal, QNB League musim 2015 menjadi tombak perubahan sepak bola Indonesia. Otomatis manajemen klub yang bermasalah menjadi melek dan tidak menyepelekan masalah gaji pemain hingga persoalan pajak. Menata liga domestik menjadi salah satu cermin baiknya dunia persepakbolaan di sebuah negara.

Yang pasti cerita karut marut kick off QNB League musim 2015 sampai ke telinga Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA). Entah apa yang terjadi, FIFA ternyata sejalan dengan PSSI yang mengabaikan rekomendasi BOPI. Induk sepak bola di dunia itu mendukung keputusan PSSI untuk menggulirkan kompetisi di Tanah Air dengan 18 klub mulai Sabtu (4/4).

Ini artinya FIFA tak mempermasalahkan PSSI mengabaikan rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang hanya mengizinkan 16 klub berlaga minus Arema dan Persebaya. Seorang juru bicara FIFA kepada Reuters, Kamis (2/4), mengatakan mereka memantau kasus ini dan mengatakan hanya PSSI sebagai badan yang diakui untuk mengatur sepak bola di Indonesia.

"Kami dapat mengkonfirmasi bahwa surat dari Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke dikirim pada tanggal 19 Februari 2015 untuk Asosiasi Sepak Bola Indonesia menyusul penundaan dimulainya kompetisi Indonesian Super League (kini QNB League)," kata juru bicara itu.

Walah, bisa pusing tujuh keliling kepala memikirkan kondisi sepak bola di Indonesia. Tidak ada kekompakan untuk memajukan sepak bola Merah Putih. Bapak-bapak di PSSI, mengapa kalian berani menargetkan Timnas Indonesia lolos Piala Dunia pada 2045? Pun, Pak Menpora Imam Nahrawi yang lebih nyentrik berani mengatakan Indonesia siap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022?

Daripada berangan-angan terlalu jauh baiknya urus lebih dulu liga domestik dan menggembleng Timnas Merah Putih. Alangkah baiknya jika Indonesia mengikuti jejak Jepang dalam menata liga domestiknya. Pada tahun 1991 lalu, pemilik klub bertemu dan sepakat untuk membubarkan liga domestik. Mereka mereorganisasi liga kala itu sebagai J. League profesional.

JSL bermain musim terakhir di 1991-1992 dan Liga Jepang alias J-League mulai bermain pada tahun 1993. Sembilan klub JSL, (bersama dengan Shimizu S - Pulse independen) menjadi asli anggota J-League.

Kini, siapa yang tidak kenal J-League dengan kualitas liga domestiknya. Seiring pergantian nama menjadi QNB League semoga tidak ada lagi Indonesia Super (Njelimet) League.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement