REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Kenaikan harga bahan bakar minyak nonsubbsidi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp8.700 per liter memengaruhi aktivitas nelayan Kota Pekalongan, Jawa Tengah, yang menggunakan kapal di bawah 30 gross ton.
Manajer Koperasi Unit Desa Makaryo Mino Kota Pekalongan, Musaat Munaris mengatakan saat ini kondisi nelayan kapal kecil kian terpuruk karena biaya perbekalan dengan pendapatan hasil melaut tidak seimbang.
"Saat ini, memang belum terjadi gejolak tetapi kenaikan harga BBM solar nonsubsidi kian nelayan untuk melaut," katanya, Jumat (3/4).
Selain pengaruh kenaikan harga BBM jenis solar, kata dia, keterpurukan para nelayan kecil juga dipicu kondisi cuaca di laut dan daya beli hasil tangkap yang turun selama beberapa pekan terakhir ini.
"Saat ini, sebagian nelayan kapal kecil berhenti melaut karena kondisi cuaca dan daya beli hasil tangkap ikan turun. Oleh karena itu, kami berharap pemerintah memihak para nelayan kapal kecil," katanya.
Ia mengatakan khusus kapal di atas 30 GT, pemerintah menetapkan kenaikan harga BBM untuk industri sejak per tanggal 14 Maret 2015.
Harga solar nonsubsidi, kata dia, semula Rp8.400 per liter naik menjadi Rp8.700/ liter.
"Hal itu, jelas akan kian memberatkan para nelayan karena kondisi perikanan juga masih sepi. Nelayan tidak punya jalan lain kecuali menghadapi kenyataan yang ada dan atau memilih tidak melaut," katanya.
Nelayan Slamet Sugiarto mengaku para nelayan dirugikan dengan adanya kebijakan pembelian solar nonsubsidi itu.
"Kenaikan harga BBM jenis solar nonsubsidi berdampak langsung terhadap biaya perbekalan melaut sehingga penghasilan yang mereka terima dari hasil melaut juga turun," katanya.