REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota Tim Panel bentukan Kementerian Komunikasi dan Informatika Salahuddin Wahid menyarankan seluruh aspek untuk belajar dari pengalaman pemblokiran situs media Islam beberapa hari yang lalu.
Tokoh yang akrab disapa Gus Sholah itu bahkan menilai peristiwa tersebut simpang siur dan tidak jelas.
"Kita harus belajar dari pengalaman. Yang kemarin itu kan simpang siur dan tidak jelas," ujar Gus Sholah ketika dihubungi Republika, Jumat (3/4).
Gus Sholah mengimbau sebagai warga negara yang ada di negara hukum semestinya bisa menghormati semua aturan yang berlaku.
Seluruh pihak, kata Gus Sholah, harus menghormati Undang-Undang Dasar (UUD) dan undang-undang (UU).
"Membiarkan pers menyampaikan pendapat yang tidak tepat dan dikhawatirkan memberi dampak negatif tentu tidak boleh. Tapi, tetap kita harus hormati kebebasan pers," ujarnya.
Oleh karena itu, Gus Sholah menekankan pembinaan terhadap media-media. Ia pun berharap Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bisa membantu.
"Kalau televisi mungkin hanya beberapa begitu juga dengan koran. Tapi, kalau media online ini jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan," ujar Gus Sholah.
Gus Sholah mengaku tantangan pihaknya bukan hal yang mudah. Namun, ia bertekad untuk bisa memperbaikinya.
"Bagaimanapun tantangannya kita harus berupaya," ujar Gus Sholah.