Jumat 03 Apr 2015 06:53 WIB

Ini Surat Ustaz Salim A Fillah yang Sudah Dibaca Wapres JK (2-habis)

Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Foto: Antara
Wakil Presiden Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID,Ustaz Salim A. Fillah membuat 'surat terbuka' untuk Wapres Jusuf Kalla dengan judul La Ma’daremmeng, Karaeng Pattingalloang, dan Tuanta Salamaka yang diunggah di blog pribadinya pada 31 Maret lalu. Meski beralamat di Salimafillah.com, ia merasa perlu mengucapkan alhamdulillah, walau pakai dot com, blog salim tidak kena blokir :D.

Dalam siaran pers yang diterima Republika, kata Salim, menurut tim Pak JK, surat buatannya yang berisi nasuhat tentang kepemimpinan ini sudah dibaca oleh Pak JK.

"Jazakumullah tulisannya bagus Ustd, amanat sudah disampaikan. Beliau berkenan membacanya. Salam hangat dr Beliau dan mohon doa semoga Allah segera turunkan pertolongan-Nya, Aamiin.. #Admin" pesan dari akun @Pak_JK.

Berikut 'Surat Terbuka' Salim A. Fillah kepada Pak JK..

***

Pak JK, betapapun bijaknya, Karaeng Pattingalloang pernah mengabaikan 1 hal yang berujung berakhirnya kejayaan Gowa-Tallo di masa menantunya, Sultan Hassanuddin, hanya berselang beberapa tahun setelah wafatnya. Satu hal penting itu adalah nasehat ‘ulama.

Adalah Tuanta Salamaka Syaikh Yusuf Al Makassari, ‘alim mulia yang kepahlawanannya membentang dari Makassar, Banten, Srilanka, hingga Afrika Selatan yang satu hari menemuinya dan berkata, “Telah kulihat alamat keruntuhan Butta Gowa. Oleh sebab itu, pertama, hentikan dan cegahlah rakyat menyembah berhala (anynyombaya saukang).

Yang kedua, hentikan menghormati pusaka kerajaan secara berlebihan (appakala’biri’ sukkuka gaukang). Yang ketiga, hentikan para bangsawan dan rakyat paguyuban kerajaan bermadat (a’madaka ri bate salapanga). Yang keempat, hentikan pasukan kerajaan minum tuak (angnginunga ballo’ ri ta’bala’ tubarania). Yang kelima, hentikan perjudian di pasar-pasar (pa’botoranga ri pasap-pasaraka).

Penolakan Karaeng Pattingalloang atas nasehat Tuanta Salamaka ini, dengan alasan demi tak mengusik harmoni dan demi pendapatan negara, telah menjadi sebab melemahnya negara. Sepeninggalnya, rakyat lemah ideologinya, lemah motivasinya; lemah oleh madat, lemah oleh khamr, dan lemah oleh judi. Jadilah lemah iman, lemah tata masyarakat, lemah tentara, lemah bangsawan, maka melemah pula dukungan terhadap raja dan perjuangannya. Maka seperti diperkirakan oleh Syaikh Yusuf, ketika Cornelis Speelman dan armadanya menyerang, Gowa-Tallo harus takluk dengan Perjanjian Bongaya.

Pak JK, bertakhtalah Anda di dalam hati kaum muslimin Indonesia, sebagaimana Karaeng Pattingalloang beristiwa di ufuk tinggi Atlas Novus anggitan Joan Blaeu. Bahkan lebih dari itu. Sebab dalam doa kami, semoga engkau mewarisi iman kokoh La Ma’deremmeng, dan senantiasa mendengarkan bimbingan para ‘ulama yang tulus seperti Tuanta Salamaka, Syaikh Yusuf Al Makassari. Kami murid dari murid dari murid para ‘ulama, sangat rindu melihat pemimpin yang taqwa membuatnya menangis di hadapan Rabbnya, dan adil membuatnya dicintai seluruh rakyatnya. Pak JK, harapan itu kami hadiahkan kepada Anda.

Titip salam kami untuk Bapak Presiden Jokowi yang amat sibuk dengan kerja, kerja, kerja, dan tanggungjawabnya. Percayalah, doa-doa kami senantiasa mengiringi kerja keras Bapak berdua. Bahwa surat ini saya tujukan kepada Anda, Pak JK, entah mengapa, ini soal hati yang merasa lebih dekat. Dan barangkali di bawah sadar kami tak hendak menambahi beban Presiden Jokowi, yang jauh lebih banyak punya janji kepada rakyat negeri ini daripada Pak JK.

Akhirnya seperti dikatakan peribahasa Bugis, “Aju maluruemi riala parewa bola”, hanyalah kayu yang lurus dijadikan ramuan rumah. Hanyalah pemimpin yang jujur lagi penuh kasih, dapat menjadi pelindung dan penaung kami, rakyat Indonesia, dari segala marabahaya.

dari hamba Allah yang tertawan dosanya,

Salim A. Fillah

Pengasuh Majelis Jejak Nabi dan Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement