REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu alasan BNPT memblokir 19 situs media islam yang dicap radikal adalah laporan dari masyarakat. Hal ini dipertanyakan kembali oleh Mahladi selaku Pimpinan Redaksi Hidayatuallah Grup.
"Masyarakat yang mana? Faktanya banyak sekali pembaca kami yang malah memberikan kami dukungan," ujar Mahladi saat melakukan mediasi dengan Kemenkominfo, Selasa (31/3).
Menurut Mahladi, BNPT terlalu serampangan membuat kebijakan. Jika dipertanyakan laporan masyarakat, Mahladi curiga hal tersebut hanya laporan masyarakat tertentu. Mahladi yakin mayoritas masyarakat malah mendukung media islam ini.
Mahladi mengatakan dukungan banyak mengalir melalui media sosial, surel, bahkan kampanye yang dilakukan masyarakat untuk menolak pemblokiran tersebut. Mahladi mendesak BNPT untuk transparan dalam hal ini.
Mahladi menekankan jangan sampai masyarakat malah menjadi kambing hitam dari kekhawatiran berlebihan BNPT. Mahladi menekankan bahwa selama ini tuduhan BNPT terhadap situs mereka salah kaprah.
"Masyarakat saya kira juga cerdas, jika mereka memang merasa situs kami tidak layak dibaca maka sebenarnya kami sudah mati sejak lama," ujar Mahladi.
Salah satu alasan BNPT menutup situs media islam yang mengandung konten radikalisme adalah melalui aduan masyarakat yang selama ini sudah terkumpul sejak 2003. Hal ini juga didukung melalui investigasi yang mereka lakukan bahwa ke 19 situs tersebut mengancam keberlangsungan NKRI.