Senin 30 Mar 2015 13:50 WIB

JK Nilai Aksi Begal Dipicu Mutu Pendidikan yang Rendah

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Winda Destiana Putri
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Foto: Antara/HO/Humas UMY Hamim Thohari
Wakil Presiden Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan maraknya aksi pembegalan yang lebih banyak dilakukan oleh remaja disebabkan oleh tingkat mutu pendidikan yang rendah.

Menurut dia, pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang meloloskan seluruh siswanya pun dapat membuat siswa merasa tenang dan justru tak terbebani.

Hal ini, kata JK, dapat dimanfaatkan oleh para siswa untuk melakukan kegiatan yang justru negatif di dalam masyarakat.

"Pada saat ujian bagus, semua orang rajin belajar, takut tidak lulus. Tidak ada kenakalan remaja, tawuran langsung turun, begitu naik lagi, sekarang geng motor, pasti anak yang belajarnya tidak mau, macam-macam," kata JK dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) di Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (Pusbangtendik) Bojongsari, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Senin (30/3).

JK pun menilai tingkat mutu pendidikan di Indonesia saat ini justru berkurang. Sebab, Ujian Nasional tidak lagi menjadi patokan kelulusan seluruh siswa.

Wapres mengatakan, pelaksanaan Ujian Nasional (UN) harus tetap dilaksanakan sebagai standar mutu pendidikan serta untuk meningkatkan mutu bangsa.

"Sekali lagi, kita berbicara tentang kenapa kita berbicara harus UN. Banyak orang mengeluh, guru mengeluh, pengamat mengeluh tentang UN," kata dia.

 

Namun, sayangnya justru banyak warga dan pendidik yang mengeluhkan diselenggarakannya UN sebagai patokan kelulusan siswa. Dengan UN, kata JK, para murid pun akan menjadi disiplin dan lebih bekerja keras agar dapat lulus ujian.

Dikatakan lebih lanjut, meskipun kerja keras dalam mengadapi UN dapat membuat para murid terbebani, namun justru sistem ini dapat meningkatkan mutu pendidikan.

"Macam-macam, banyak yang mengatakan nanti anak stres, lebih baik stres daripada pengangguran jangka panjang. Mana suka, 100 orang stres dibandingkan 10 juta anak bodoh," kata JK.

JK pun mengungkapkan, ia pernah membandingkan soal UN di Indonesia dengan sejumlah negara tetangga lainnya, seperti Singapura dan Malaysia.

"Apa yang terjadi, ujian matematika, bahasa Inggris, ujian SMA kita sama dengan SMP dia, ujian SMP kita sama dengan SD dia. Sama dengan Malaysia. Yang sama mutunya kita Filipina, oleh karena itu sama-sama negara tidak maju," ungkap JK.

Dalam menyelenggarakan pendidikan, sangat penting disediakannya sarana pendidikan, pendidik atau tenaga pengajar, serta sistem pendidikan. "Ketiga itu harus berjalan dengan baik," kata dia.

Dalam acara RNPK ini juga turut dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, serta Menpan RB Yuddy Chrisnandi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement