REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Imbauan agar masyarakat mengurangi pemakaian listrik pada hari Sabtu (28/3) antara 20.30-21.30, ternyata tidak terlalu digubris di sejumlah daerah di Indonesia. Di Bali, pada saat earth hour itu, pemakaian daya listrik justru meningkat.
"Kami belum tahu sebabnya, tapi yang jelas earth hour di Bali terbilang gagal," kata Humas PLN Bali, Wayan Redika kepada Republika di Denpasar, Ahad (29/3).
Redika mengatakan, sosialisasi earth hour terbilang sangat singkat, sehingga kemungkinan banyak masyarakat yang tidak mengerti soal earth hour. Karena itu pula, penggunaan daya listrik saat itu justru meningkat dibandingkan penggunaan sebelumnya.
Berdasarkan data kata Redika, penggunaan daya listrik di Bali pada Sabtu (14/3) pada pukul 20.30 Wita adalah 677,48 MW. Sedangkan pada Sabtu (28/3) adalah 715,3 MW, jadi ada peningkatan sekitar 5,53 persen.
Pada pukul 21.00 Wita 14 Maret sebesar 675,8 MW sedangkan 28 Maret 702,2 MW atau naik 4,1 persen. Ada pun pukul 21.30 Wita 658,1 MW (14/3), naik 3,29 persen jadi 683,9 MW (28/3).
Dikatakannya, dia membandingkan penggunaan listrik saat earth hour dengan penggunaan Sabtu (14/3), karena pada Sabtu (21/3) adalah hari raya Nyepi. Dimana kata Redika, pada saat itu memang penggunaan listrik menurun drastis.
"Jadi saya katakan bahwa untuk earth hour itu di Bali termasuk gagal. Penggunaan listriknya meningkat. Mungkin karena cuacanya yang sangat panas," kata Redika.