Sabtu 28 Mar 2015 14:01 WIB

Kemenkes: 430 Orang Meninggal Akibat Flu Burung

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Satya Festiani
Penindakan dan pencegahan flu burung (ilustrasi)
Foto: Antara
Penindakan dan pencegahan flu burung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mencatat bahwa jumlah orang di 16 negara yang meninggal akibat penyakit flu burung (H5N1) sejak awal kasus muncul pada 2003 hingga 20 Maret 2015 adalah sebanyak 430 orang.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan, dalam perkembangan penelitian dunia, ditemukan berbagai jenis flu burung pada unggas dan juga pada manusia. Kini yang terdata sebagai flu burung pada unggas adalah antara lain spesies H5N1, H5N2, H5N6, H5N8, H6N6, H7N9, H9N2, dan H10N8.

“Namun, yang paling banyak menyerang manusia dan paling parah adalah H5N1. Total sejak awal kasus di 2003 sampai 20 Maret 2015 di dunia ada 785 kasus dari 16 negara, 430 kasus meninggal, angka kematian 55 persen,” katanya kepada Republika Online, Sabtu (28/3).

Dia menambahkan, yang juga mulai banyak kasusnya adalah H7N9. Padahal, tadinya hanya H5N1 yang jadi masalah.‎ Pada 9 Maret 2015 Pemerintah Cina melaporkan tambahan kasus 59 orang sejak pertengahan Januari 2015. Dan 17 orang diantaranya meninggal, angka kematian 28,81 persen. Kasus flu burung yang juga sudah dil‎aporkan pada manusia adalah kasus baru H5N6 sebanyak tiga kasus dan H10N8. Kasus baru H5N6 diduga reassortment antara H5N1 dan H6N6.

“Kalau kasus flu burung di Indonesia selama tahun 2014 ada dua orang dan tahun 2015 sampai sekarang dua kasus ini,” ujarnya.

Dua orang yang tewas baru-baru ini berinisial T dann MI yang tinggal di Kota Tangerang, Banten. Mereka berdua adalah ayah dan anak positif H5N1. Sementara istri T juga diduga (suspect) menderita penyakit ini. Untuk itu sample swab tenggoroknya diambil. Namun, Tjandra memastikan, hasil sample hari pertama dan juga hari ke dua untuk Ny T adalah negatif H5N. Artinya dari dua sample ini tidak menunjukkan flu burung.

“Keadaan umum Ny T memang baik, tidak ada demam lagi. Tetapi, akan diperiksa sample dari swab tenggorok hari ke tiganya untuk memastikan nahwa Ny T adalah sehat,” ujarnya.

Untuk mencegah penyakit ini meluas, pihaknya telah melakukan beberapa upaya. Pertama, penyelidikan epidemiologi. Kemudian penelusuran kontak erat serumah dan kontak di RS. Ketiga, merujuk istri T ke RS Persahabatan. Keempat pemberian oseltamivir pada kontak erat serumah.

Sementara anak T kini disebutnya menjadi kontak. Untuk kontak erat dengan pasien flu burung yang dikhawatirkan mungkin tertular tapi belum ada gejala apa-apa, maka ‎karantina dilakukan selama dua kali masa Inkubasi selama 14 hari. Dia menambahkan, karantina tidak harus di rawat di RS, ada tiga bentuknya. Pertama, dirawat di RS. Kedua, dikarantina di satu tempatnya, seperti rumah tinggal atau tempat kerjanya.

Ketiga, tetap beraktifitas seperti biasa, tetapi diukur suhu dua kali sehari, dan juga amati klinisnya kalau ada keluhannya. Adapun rencana tindak lanjut Kemenkes adalah penelusuran kontak di RS lain, pemantauan kontak yang telah teridentifikasi baik kontak erat serumah, dan kontak tenaga kesehatan. “Kami juga akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar rumah kasus,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement