Kamis 26 Mar 2015 16:14 WIB

Tiga Orang Tewas Akibat Angin Puting Beliung di Sleman

Rep: C97/ Red: Bayu Hermawan
Puting beliung (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Puting beliung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Angin puting beliung yang melanda wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta, merusak rumah warga dan fasilitas publik lainnya. Selain itu, angin puting beliung juga menyebabkan satu keluarga meninggal.

"Angin beliung mengakibatkan korban jiwa memang berpusat di Tempel. Jadi kemarin itu, pohonnya menimpa saat penghuni rumah sedang masak. Memang musim pancaroba seperti sekarang Sleman rawan angin puting beliung," ujar Bupati Sleman Sri Purnomo, Kamis (26/3).

Sri mengatakan saat ini proses evakuasi terus dilakuan. Pemkab menurunkan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB), Satpol PP, dan Dinas Kebersihan untuk membereskan reruntuhan karena bencana angin tersebut.

Ia menjelaskan, berdasarkan data yang diberikan oleh Humas Pemkab Sleman, hingga Kamis siang tercatat ada 21 rumah warga rusak. Fasilitas publik yang rusak meliputi satu masjid dan satu pos ronda. Peristiwa angin puting beliung sudah terjadi di empat kecamatan yaitu Turi, Tempel, Seyegan dan Minggir.

"Sementara identitas korban yang meninggal adalah Maria Magdalena Sukilah (40), Yuliana Tri Sutanti (56), dan Theresia Trisnawati (50). Ketiganya merupakan satu keluarga," jelasnya.

Sedangkan korban luka-luka ada dua orang, yaitu Bintang Amalia Sufi (8) dan Ashar Budiwati (38). Ditambah satu orang korban yang merupakan relawan dari Peduli Merapi. Relawan it  jatuh saat evakuasi pohon tumbang di Turi dan sekarang sudah masuk RS Pantirapih.

"Hal ini merupakan bencana alam yang tidak pernah kita duga. Kami tentunya akan membantu korban bencana," katanya.

Sementara, Kepala BPBD Kabupaten Sleman, Julistiono Dwi Wasito menyampaikan bahwa antisipasi untuk mencegah kerugian angin kencang adalah dengan memotong dahan pohon yang terlalu rimbun. Ia menganjurkan masyarakat melalukan hal tersebut secara berkala.

"Dahan yang terlalu rimbun berpotensi besar untuk patah. Karena beban dahannya terlalu berat," ujarnya.

Hal ini pun dibenarkan oleh Kepala Kedarutatan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan. Menurutnya, selama ini BPBD Sleman sudah berupaya untuk menyosialisasikan hal tersebut pada masyarakat.

Namun begitu angin kencang adalah aktivitas alam yang tidak bisa dikendalikan. Oleh sebab itu, yang bisa dilakukan adalah meredam resiko kerugian dengan cara memelihara pepohonan di sekitar tempat tinggal dan lingkungan publik.

"Kami sudah mengadakan pelatihan bagi masyarakat untuk mengetahui ciri-ciri pohon lapuk. Sehingga masyarakat bisa lebih waspada," katanya.

Menurutnya seluruh kecamatan di kabupaten Sleman memang berpotensi terkena angin puting beliung. Karena itu semua masyarakat harus waspada dalam menghadapi bencana tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement