REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Banjir melanda rumah-rumah warga di Kota Madiun, Jawa Timur, dengan ketinggian hampir satu meter akibat hujan deras yang mengguyur wilayah setempat pada Selasa (24/3) hingga Rabu dini hari.
Data BPBD setempat mencatat, terdapat empat kelurahan di Kota Madiun yang terkena banjir yakni Kelurahan Pilangbango, Rejomulyo, Tawangrejo, dan Kelun, semuanya di Kecamatan Kartoharjo.
Warga Kelurahan Kelun, Joni Wiranto, Rabu (25/3), mengatakan air mulai menggenangi jalan dan rumah pada subuh tadi. Air itu merupakan aliran kiriman dari wilayah Tempursari, Kabupaten Madiun.
"Biasanya kalau hujan beberapa jam pada malam hari, air kiriman dari Tempursari mesti meluap ke Kelun dan sekitarnya pada pagi harinnya. Tapi, kali ini berbeda, karena hingga jam 10 pagi, air masih terus mengalir bahkan masuk ke dalam rumah," ujar Joni kepada wartawan.
Ia mengira banjir di wilayah Kelun, Rejomulyo, Tawangrejo, dan Pilangbango disebabkan karena tanggul sungai dari anak sungai Bengawan Madiun yang berada di Kelurahan Pilangbango tidak mampu menampung luapan air dari wilayah lereng Gunung Wilis.
"Sehingga, air sungai tersebut meluber ke jalan dan perumahan warga. Sejak semalam, warga sudah bersiaga menaikkan sejumlah peralatan rumah tangganya," kata dia.
Relawan BPBD Kota Madiun, Anton Suhandoko, mengatakan ketinggian air banjir di wilayah Kelun, Rejomulyo, Tawangrejo, dan Pilangbango bervariasi. Mulai dari setengah meter hingga hampir satu meter di beberapa titik.
Banjir juga memutuskan akses jalan alternatif penghubung Kota Madiun dengan Kabupaten Madiun yang melalui Kelurahan Rejomulyo menuju Desa Dimong, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun.
"Petugas masih melakukan pendataan rumah warga yang terkena banjir. Kami berharap siang ini segera surut," ungkap Anton Suhandoko.
Sementara banjir juga melanda ratusan rumah di wilayah Desa Tempursari, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, hingga ketinggian air mencapai hampir satu meter.
Bajir tersebut akibat air kiriman setelah hujan deras menguyur wilayah Madiun, terutama di bagian lereng Gunung Wilis. Meski demikian warga enggan meninggalkan rumah dan berjaga-jaga jika air semakin tinggi.