Ahad 22 Mar 2015 17:04 WIB

Tanggapan BNPT Soal Kerja Sama TNI-AS Perangi ISIS

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Bilal Ramadhan
 Kepala Badan Nasional Penaggulangan Teroris Komjen Saud Usman Nasution (kanan).
Foto: Antara
Kepala Badan Nasional Penaggulangan Teroris Komjen Saud Usman Nasution (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Saud Usman Nasution, menyambut baik adanya kerjasama yang dilakukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Militer Amerika Serikat (AS) untuk memerangi ISIS.

Menurutnya, semua komponen bangsa ini, jika perlu mendapatkan bantuan dari pihak asing seperti militer AS, harus bersatu padu dalam upaya memerangi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

''Sudah cukup bagus itu, saya kira, siapapun komponen bangsa ini yang ingin memerangi ISIS harus didukung. Sedangkan untuk keterlibatan pihak luar, saya kira itu tergantung kebijakan pemerintah dan TNI. Jadi silahkan saja,'' kata Saud kepada wartawan usai menghadiri acara 'Bincang Senator 2015: ISIS dan Upaya Deradikalisasi' di Jakarta, Ahad (22/3).

Sebelumnya, TNI dan militer AS telah sepakat melakukan kerjasama terkait memerangi kelompok terorisme, ISIS. Kesepakatan ini pun tercapai beberapa hari menjelang adanya latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Latihan ini rencanaya akan digelar pada 20 Maret hingga 30 Maret mendatang.

Latihan ini pun rencananya akan melibatkan sekitar tiga ribu lebih personel dan melibatkan pasukan-pasukan khusus di tiga angkatan. Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, pun sempat bakal menindak tegas semua kemungkinan adanya dan timbulnya paham-paham radikalisme di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Terkait upaya deradikalisasi yang dilakukan BNPT di Poso, Saud menjelasakn, pihaknya akan dan telah menyusun program-program deradikalisasi. BNPT akan berkoordinasi dengan Kementerian-kementerian terkait soal tugas, hak, dan kewajiban mereka dalam upaya deradikalisasi itu. Namun, Saud menegaskan, upaya deradikalisasi itu tidak akan berjalan singkat.

Upaya deradikalisasi itu, kata Saud, harus berjalan komprehensif dan melihat faktor-faktor penyebab adanya paham-paham terse but. Seperti adanya faktor kebencian, dendam, dan ada ketidakpuasan dari para anggota kelompok-kelompok radikal tersebut. Inilah yang menjadi akar masalahnya tumbuhnya pemahaman radikal di Poso.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement