Sabtu 21 Mar 2015 00:02 WIB

Ogoh-Ogoh Koruptor Diarak di Surabaya

Rep: Andi Nurroni/ Red: Esthi Maharani
Ogoh-ogoh sedang diselesaikan oleh perajin di Bali untuk keperluan nyepi.
Foto: Nyoman Budhiana/Antara
Ogoh-ogoh sedang diselesaikan oleh perajin di Bali untuk keperluan nyepi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Umat Hindu di Surabaya memusatkan perayaan Tawur Agung Kesanga di kompleks Tugu Pahlawan, Jumat (20/3). Dalam rangkaian acara Nyepi Tahun baru Saka 1937 tersebut, tiga ogoh-ogoh yang menjadi simbol kejahatan diarak sebagai ritual penyucian jiwa.     

Dua dari tiga ogoh-ogoh berbentuk mahluk seram sebagai simbol roh jahat. Selain dua ogoh-ogoh tersebut, ada satu ogoh-ogoh lain berbentuk manusia berkepala tikus. Ogoh-ogoh tikus berjas dan dasi itu membawa uang di tangannya serta terselip di kanan-kiri saku jasnya. Tiga ogoh-ogoh tersebut diarak berkeliling di kompleks Tugu Pahlawan dengan semarak.

Menurut Ketua Walaka Jawa Timur Profesor Nyoman Sutantra, ogoh-ogoh manusia berkepala tikus menggambarkan koruptor. Menurut dia, ogoh-ogoh tersebut sebagai pesan agar umat manusia menghindari sifat keserakahan dan kelicikan seperti sosok Sengkuni dalam epos Mahabarata.

“Itu simbol dari koruptor. Pesannya agar kita menghindari perbuatan itu (korupsi),” ujar dia.

Menurut Sutantra, ogoh-ogoh diarak sebagai perwujudan Tri Hita Karana, yakni menjaga kehidupan yang harmonis. Pawai ogoh-ogoh kali ini, kata dia, dilakukan hanya di area Tugu Pahlwan karena keterbatasan waktu. “Landasan kita keharmonisan. Karena hari ini Jumat, kita pastikan kegiatan ini sudah selesai sebelum jam 11,” ujar Sutantra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement