REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Puluhan dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banten melakukan aksi mogok melayani pasiennya. Selain selama tiga bulan insentif para dokter belum dibayarkan oleh pihak manajemen, aksi mogok ini juga menyusul buruknya pengolaan RSUD Banten.
“Pengelolaan RSUD Banten masih kacau. Buktinya, insentif para dokter selama tiga bulan belum dibayar. Bahkan, meski Sekda sudah mereformasi komposisi RSUD, untuk jasa medis saja sejauh ini manajemen tidak transparan,"ujar salah satu dokter yang enggan disebut namanya, Rabu (18/3).
Bahkan, Para dokter rumah sakit milik Pemprov Banten bahkan mengancam akan terus mogok selama direktur utama (Dirut) masih dijabat oleh pelaksana tugas. “Selama pak Plt Rano Karno belum mendefinitifkan Dirut RSUD Banten, dengan berat hati kami akan terus melakukan mogok melayani pasien. Saya dengan kawan-kawan dokter memohon maaf kepada pasien,” katanya.
Sementara, puluhan pasien Rumah Sakit Umum Darah (RSUD) Banten yang hendak memeriksakan kesehatan dan mendapatkan perawatan terlantar selama dua hari ini. Tak sedikit pasien yang datang dari wilayah Serang dan Pandeglang memilih pulang tanpa mendapatkan pengobatan.
“Saya dari Cikeusal pak. Istri saya mau memeriksakan kandungan eh dokternya nggak ada. Kata orang rumah sakit tutup," kata Suandi pasien warga Cikeusal, kemarin (17/3).
Suandi melanjutkan, dirinya dan isterinya sangat kecewa dengan pelayanan rumah sakit milik Pemprov Banten yang terkesan tak serius mendirikan rumah sakit. Padahal kata dia, istrinya mendapatkan rujukan dari Puskesmas Cikeusal dan harus diperiksa kandungannya di rumah sakit tersebut.
"Rumah Sakit segede gini masa tutup? Heran saya juga kenapa bisa begitu. Sudah gini mah gimana lagi, ya balik lagi saja," keluh Suandi.
Sementara Plt RSUD Banten, Jaka Roseno saat dikonfirmasi membenarkan adanya gangguan pada pelayanan di rumah sakit Banten akibat sejumlah dokter yang tidak masuk. “Iya memang tadi pelayanan bermasalah,” kata Jaka.
Terkait selama tiga bulan insentif para dokter yang belum dibayarkan, dan jasa medis yang tidak transparan, Jaka enggan berkomentar banyak. “Coba nanti saya cek, kebenarannya,” kata Jaka singkat.