REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan terus menyelimuti Kota Dumai, Provinsi Riau, selama dua hari terakhir ini.
"Pantauan di Dumai yang terbaru pukul 07.00 WIB menunjukkan adanya asap dengan jarak pandang sekitar tiga kilometer," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sugarin, Rabu (18/3).
Meski terjadi polusi asap pada pagi hari, jarak pandang masih dinilai aman untuk penerbangan. Kota Dumai memiliki Bandara Pinang Kampai yang rutin melayani penerbangan pesawat sewa. Asap yang menyelimuti Dumai kemungkinan besar adalah sisa kebakaran yang terkirim angin dari daerah lain karena di Dumai tidak terdeteksi ada titik panas (hotspot).
"Angin secara umum berhembus dari arah Barat Laut hingga Timur dengan kecepatan 5-12 knots atau setara 9-22 kilometer per jam," ujarnya. Sugarin mengatakan hasil pencitraan satelit Terra dan Aqua yang terbarui pukul 05.00 WIB menunjukan ada 48 "hotspot" terdeteksi di Pulau Sumatera. Khusus di Riau, ia mengatakan ada sembilan titik panas.
"Titik panas paling banyak berada di Rokan Hilir ada empat titik, kemudian Kepulauan Meranti tiga titik, serta Bengkalis dan Siak masing-masing satu titik," ujarnya.
Dari data tersebut, lanjutnya, terdapat empat "hotspot" yang memiliki tingkat keakuratan di atas 70 persen yang sangat positif merupakan titik api kebakaran. Lokasinya berada di Rokan Hilir dan Meranti yang masing-masing terdapat dua titik.
Ia menambahkan, cuaca Riau pada umumnya cerah berawan dengan peluang hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada pagi siang dan sore hari. "Hujan berpeluang terjadi di wilayah Riau bagian tengah, barat dan selatan," kata Sugarin.
Sebelumnya, warga Kota Dumai mulai mengeluhkan polusi asap yang mencemari udara karena mulai mengganggu aktivitas masyarakat sejak Selasa lalu (17/3). Warga Jalan Pemuda Kecamatan Dumai Barat, Yusrel mengakui, saat keluar rumah sekitar pukul 07.00 WIB mendapati udara diselimuti asap dengan aroma bekas pembakaran yang menyengat. "Udaranya berbau asap saat keluar rumah tadi, namun karena belum tebal jadinya kita tetap beraktivitas tanpa memakai masker," katanya.
Menurut dia, kondisi udara berkabut asap ini dikhawatirkan jika terus menerus tanpa ada pencegahan karena bisa merusak kesehatan mata dan tenggorokan. Karena itu, ia berharap penyebab munculnya kabut asap ini segera ditanggulangi supaya tidak meluas dan berdampak buruk terhadap lingkungan dan masyarakat.