Jumat 13 Mar 2015 13:45 WIB

Dolar AS Naik Pengaruhi Biaya Produksi Pengrajin Kelom

Rep: C10/ Red: Satya Festiani
Rupiah Terus Merosot: Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rupiah Terus Merosot: Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Hal tersebut membuat pengrajin Kelom Batik di Kota Tasikmalaya harus mengeluarkan modal lebih banyak untuk biaya produksi.

Pemilik rumah produksi Kelom Batik Sagitria, Anna Nuryana mengatakan, biaya produksi naik karena harga bahan baku dari luar negeri naik. "Tapi harga jual Kelom tidak bisa tiba-tiba bertambah mahal," kata Anna kepada Republika saat dijumpai di rumah produksinya, Jum'at (13/3).

Anna menjelaskan, bahan baku yang didatangkan dari luar negeri yakni cat, lem dan karet. Menurutnya, harga bahan baku atau barang yang datangkan dari luar hampir semuanya naik. Akan tetapi, ia tidak bisa menaikan harga jual Kelom meski biaya produksi naik.

Anna melanjutkan, harga satu pasang Kelom Batik berkisar Rp 120 ribu sampai Rp 180 ribu. Harga tergantung motif dan dsainnya. Memang diakuinya, jika Kelom diekspor ke luar negeri saat nilai dolar AS naik dan rupiah turun, maka akan mendapat keuntungan. Tapi kalo dijual di dalam negeri, keuntungannya berkurang.

Anna menjelaskan, dalam sehari biasanya memproduksi hingga 200 sampai 300 pasang Kelom. Namun beberapa bulan terakhir produksinya berkurang. Hanya memproduksi 50 sampai 100 pasang Kelom dalam sehari. Menurutnya, pembelinya berkurang sejak memasuki tahun 2014. Hal tersebut terjadi karena semakin banyaknya pesaing dan perekonomian yang tidak stabil.

"Perekonomian menjadi sangat tidak stabil saat harga bahan bakar minyak (BBM) naik turun," kata Anna.

Sampai saat ini Kelom milik Anna telah terjual sampai ke Jepang dan Hong Kong. Anna mengatakan, penjualannya ke luar negeri tergantung musim. Hanya saat musim panas Kelom miliknya diekspor ke Jepang karena banyak masyarakat di sana yang menggunakan Kelom saat musim panas.

"Biasanya sebanyak lebih dari 3000 pasang Kelom diekspor ke Jepang," kata Anna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement