Selasa 10 Mar 2015 15:56 WIB

Difabel Butuh Kesetaraan Fasilitas

Rep: mj01/ Red: Agus Yulianto
Penyandang difable.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Penyandang difable. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jumlah penyandang difabel yang tidak bisa mengenyam bangku sekolah semakin meningkat. Menurut data dari Forum Peduli Penyandang Cacat (FP2C), di Ciamis tercatat 1.000 anak difabel putus sekolah. Sedangkan, di Bandung jumlah penyandang difabel paling banyak terdapat di Antapani.

Wakil Ketua I Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi di Rehabilitasi Bersumber daya Masyarakat (RBM) Bandung  Firmansyah Bastama, mengatakan, banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, seperti bullying, dan kemampuan anak yang minim. Selain itu, fasilitas yang diberikan pemerintah maupun sekolah dirasa masih minim

“Jumlah difabel yang putus sekolah itu besar karena mereka punya keterbatasan akses. Selain itu, jumlah SLB pun sedikit sekali,” katanya, saat ditemui di Balai Kota, Selasa (10/3). Menurut dia, penyandang difabel itu tidak butuh dikasihani, tapi hanya butuh diberikan kesetaraan.

Menurut Firman, fasilitas yang diberikan pemerintah untuk penyandang difabel sekarang ini terlalu boros. Padahal, fasilitas yang diharapkan itu adalah yang bisa digunakan oleh orang normal dan difabel juga. Dengan demikian, anggaran untuk  memabngunan fasilitas ini, bisa lebih ditekan.

Di samping fasilitas, lapangan pekerjaan bagi para difabel pun masih terbilang kurang. Peluang kerja untuk difabel kadang tidak sesuai dengan kemampuan difabel. Misalnya di perusahaan tersebut ada lowongan untuk difabel, ditempatkan di bagian IT. Padahal difabel belum bisa untuk mengurusi pekerjaan seperti itu.

Oleh karena itu, pada 17 Maret ini, RBM akan merumuskan hal apa saja yang harus dibenahi untuk para difabel. “Itu yang masih kami kaji bagaimana agar lapangan pekerjaan bisa sesuai denga mereka,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua YPAC Bandung.

Firman berharap, pada 2015 ini perusahaan-perusahaan bisa membuka peluang lebih bagi para difabel.  Selain menangani hal tersebut, RMB memiliki taget untuk para difabel di Kota Bandung. "Kami ingin, nantinya sekitar 200 ribu difabel di Bandung ini bisa mandiri,” ujarnya.

Sejauh ini, Firman menuturkan, RBM Kota Bandung memperoleh sokongan dari Pemda. "Tiap tahun kami diberikan APBD kisaran Rp 125 juta per tahun," ucapnya. Selain melakukan rehabilitasi pendidikan bagi para difabel, RBM juga melakukan rehabilitasi medik, dan sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement