REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Sebanyak dua ekor beruang masuk dalam perangkap Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, setelah satwa liar itu dalam sebulan terakhir "menebar" teror di dalam areal perusahaan kelapa sawit PT Langgam Inti Hibrindo di Kabupaten Pelalawan, Riau.
"Dua beruang itu dalam kondisi hidup, dan infonya mereka adalah sepasang jantan dan betina dewasa," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Johnny Lagawurin, di Pekanbaru, Senin.
Johnny menjelaskan, awalnya pihak perusahaan melaporkan pada Februari lalu bahwa ada lima ekor beruang yang berkeliaran di dalam perkebunan sawit PT Langgam Inti Hibrindo.
Kehadiran kawanan beruang itu sempat membuat heboh karena kerap mengejar-ejar pekerja yang tengah memanen sawit, namun belum sampai jatuh korban.
Hasil survei petugas BBKSDA juga mendapatkan banyak jejak kaki beruang di sekitar itu, dan ditengarai merupakan kelompok jenis beruang api yang sifatnya lebih ganas daripada beruang madu.
"Dalam menindaklanjuti laporan itu, akhirnya kami memutuskan memasang perangkap di sana. Saya awalnya pesimistis karena sudah sampai sebulan tidak ada hasil, namun akhirnya pada pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB dapat laporan dari pihak perusahaan bahwa ada dua ekor beruang yang masuk perangkap," ujarnya.
Ia menjelaskan, perangkap yang dipasang adalah berbentuk kandang dari besi berukuran 2 x 3 meter dan tinggi 1,5 meter. Pintu perangkap dihubungkan dengan tali yang salah satu ujungnya dikaitkan ke umpan.
"Umpan yang kami letakkan itu bermacam-macam makanan tapi kami juga memasukkan madu dan minyak goreng bekas atau minyak jelantah yang sangat disukai oleh beruang. Jadi ketika beruang itu memakan umpan, secara otomatis pintu perangkap tertutup," katanya.
Untuk selanjutnya, ia mengatakan petugas mendatangkan dua kandang transit untuk merelokasi beruang tersebut. Rencananya, beruang itu akan dilepasliarkan di Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling.
"Rencananya akan dibawa ke Rimbang Baling karena menilai kondisi hutannya masih bagus dan di sana adalah habitat dari beruang madu," ujarnya.
Hanya saja, pihaknya masih akan menempatkan perangkap di areal perusahaan sawit tersebut karena laporan awal menyebutkan ada lima ekor beruang yang berkeliaran.
Johnny menduga satwa liar yang dilindungi itu terpaksa berkeliaran di kebun sawit karena hutan habitatnya di Pelalawan makin menipis setelah berganti rupa menjadi permukiman, kebun sawit, dan hutan tanaman industri.
Menurut dia, kuat dugaan kawanan beruang liar itu selama ini terjebak di habitat hutan yang makin mengecil dan konsesi hutan tanaman industri (HTI) milik perusahaan yang berbatasan dengan areal sawit PT Langgam Inti Hibrindo.
Kehidupan mereka makin terancam saat perusahaan mulai memanen tanaman akasia di HTI sehingga terpaksa eksodus ke kebun sawit.
"Kemungkinan mereka keluar karena hutan tempat tinggal mereka sudah terbuka, dan secara kebetulan tempat terdekat adalah kebun sawit PT Langgam," ujarnya