REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubiyanto Wiyogo mengatakan anak usia sekolah yang menjadi pelaku begal dikarenakan menjadi korban lingkungan dan komunitas.
"Jika dicermati, usia pelaku begal semakin muda. Menurut data KPAI, sejak dua bulan terakhir, setidaknya delapan kasus pelaku begal masih usia sekolah," ujar Giwo di Jakarta, Senin (9/3).
Kondisi tersebut, lanjut dia, sangat memprihatinkan. Meski harus diakui, anak yang menjadi pelaku kekerasan termasuk begal hanyalah korban dari berbagai varian yang turut berinvestasi seperti korban pengaruh lingkungan, pengaruh komunitas, teman, dampak dari disfungsi keluarga, masalah sosial, hingga masalah gaya hidup anak yang semakin hari juga perlu mendapat perhatian.
"Gaya hidup juga akan mempengaruhi perilaku anak dan remaja. Karena dalam banyak kasus, anak melakukan kejahatan untuk sekedar bersenang-senang sesaat," tambah dia.
Hal itu sangat prinsipil, karena menyangkut karakter anak. Dilain pihak, Kowani juga cukup memahami bahwa maraknya begal telah mengganggu kenyamanan dan keamanan anak Indonesia dalam mengenyam pendidikan.
"Apalagi sejumlah kasus pelaku begal yang tertangkap mengakui bahwa anak muda merupakan objek begal yang paling rentan," jelasnya.
Giwo mengharapkan semua elemen masyarakat perlu membangkitkan kembali semangat kegotongroyongan untuk mencegah dan memberantas begal. Polisi perlu memetakan dan memberikan perlindungan di titik-titik rawan begal sebagai upaya pencegahan, agar masyarakat dapat beraktivitas dengan nyaman dan anak bisa bersekolah sebagaimana biasa.