REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Situasi dermaga Wijayapura Kabupaten Cilacap yang adem ayem pada Ahad (8/3), sedikit dikejutkan dengan aksi Ecin Suciati (44), warga Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Wartawan yang menyanggongi dermaga tersebut sejak kabar rencana eksekusi tahap II akan dilaksanakan di Nusakambangan, awalnya mengira Ecin hanya warga biasa yang sengaja datang ke dermaga untuk melihat situasi dermaga terakit rencana eksekusi.
Namun tanpa banyak cakap, dia langsung mendekati tiang penangga papan nama kantor pos pengamanan dermaga Wijayapura yang tertanam di luar pagar halaman pos pengamanan, dan membentangkan spanduk biru sepanjang 150 cm lebar 40 cm. Di spanduk tersebut, tertulis kalimat 'Mari Kita Amati Bersama, menjual narkoba dan obat-obatan pada anak sekolah disebut pengkhianat bangsa karena putra-putri adalah penerus bangsa'.
Spontan wartawan yang semula hanya duduk-duduk di warung sekitar dermaga, mendekat ke Ecin. Wartawan elektronik menyorot dengan kamera, dan wartawan cetak melakukan wawancara.
Kepada wartawan Ecin mengaku, dia datang ke Dermaga Wijayapura untuk memprotes kenapa pemerintah menunda pelaksanaan eksekusi bagi para bandar narkoba. "Saya ke sini untuk menunjukkan keprihatinan saya terhadap lamanya proses eksekusi. Kenapa pemerintah menunda eksekusi?" kata Ecin.
Ecin datang ke dermaga Wijayapura dari Singaparna, hanya seorang diri. Dia mengaku berangkat dari rumah pukul 05.00 setelah waktu subuh, dengan menggunakan sepeda motor.
"Saya tidak tahu lokasi dermaga Wijayapura. Untuk sampai sini, mungkin ada 100 kali saya bertanya pada orang," jelasnya.
Dia mengaku nekad datang ke Cilacap, karena merasa sebal dengan sikap pemerintah menunda eksekusi. Ecin berharap pemerintah tidak perlu ragu-ragu mengambil tindakan tegas pada para pengedar narkoba.
"Terus terang, narkoba telah merusak orang-orang terdekat saya, termasuk keluarga. Tidak usah saya sebutkan nama dan jumlahnya, karena itu menjadi aib keluarga. Mereka ditangkap, mereka meninggal, semua karena ulah pengedar narkoba," katanya.
Perempuan yang mengenakan setelah jeans, blus biru dan kerudung biri ini, awalnya mengaku ingin bisa melihat proses eksekusi.
"Saya sebenarnya berharap bisa bisa melihat langsung para bandar narkoba itu diekseskusi. Ini dendam saya kepada mereka. Tapi pemerintah ternyata tidak bisa bersikap tegas," ujarnya.
Usai wawancara dan membentangkan spanduk, Ecin langsung masuk ke kantor dermaga. Entah apa yang dibicarakan dibicarakan dengan petugas pengamanan di pos, namun didak sampai 10 menit kemudian Ecin keluar. Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung menuju tempat motornya terparkir dan melaju meninggalkan Wijaya Pura.
Dari pengamatan di lokasi dermaga Wijayapura yang merupakan dermaga resmi penyeberangan ke Nusakambanga, situasi di dermaga terkesan lebih lengang. Jumlah warga yang datang ke sekitar dermaga, sudah tidak terlalu banyak dibanding dua hari sebelumnya. Demikian juga jumlah wartawan yang menyanggongi dermaga, mulai berkurang menyusul sikap pemerintah yang tidak memastikan kapan eksekusi tahap II ini akan dilaksanakan. Sementara aktivitas kunjungan dari keluarga terpidana yang mendekam di LP Nusakambagan juga nihil, karena Ahad merupakan hari libur.
Kondisi pengamanan di dermaga, juga tidak berbeda dengan hari sebelumnya. Setelah dilakukan pemindahan dua terpidana mati asal Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, pengamanan yang dilakukan aparat keamanan masih terus longgar. Tidak ada ada seorang pun polisi berpakaian dinas yang berjaga di luar halaman pos pengamanan dermaga.