Jumat 06 Mar 2015 16:24 WIB

Bantuan Renovasi Digelontor 1.600 RTLH

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Djibril Muhammad
Rumah tak layak huni. Ilustrasi
Foto: .
Rumah tak layak huni. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Kabar baik bagi warga miskin Kabupaten Sragen, Jateng, yang memiliki RTLH (Rumah Tak Layak Huni). Mulai 2015 ini, pemerintah bakal memberikan bantuan renovasi rumah tempat tinggal mereka hingga layak huni.

Jumlah RTLH yang direnovasi tercatat 1.600 unit. Ini tersebar di Kecamatan Sambirejo dan Kedawung. "Dari jumlah ini, renovasi 1.500 unit dibiayai APBD. Sedang 100 unit dibiayai dari Kementerian Sosial," kata Wangsit Sukono, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sragen, Jumat (6/2).

Menurut Wangsit, renovasi RTLH yang dibiayai dari APBD masing-masing warga mendapat bantuan Rp 5.000.000 per unit. Sehingga total bantuan senilai Rp 7,5 milyar. Sementara, 100 unit bantuan dari Kementerian Sosial mendapatkan Rp 10 juta per unit.

Bantuan RTLH akan difokuskan di Kecamatan Sambirejo dengan jumlah penerima 600 unit. Sedang 350 akan disalurkan di Kecamatan Kedawung, dan sisanya  dialokasikan ke kecamatan lain.

Warga yang rumah yang berhak menerima bantuan renovasi RTLH, diutamakan yang masih berlantai tanah, berdinding gedek atau papan, dan kerangka rumah masih menggunakan bambu.

CSR Bank Jateng

Tercatat 45 KK warga Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Kabuoaten Sragen, juga mendapat bantuan perbaikan RTLH.  Bantuan berasal dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Jateng melalui Corporate Forum For Community Development (CFCD) Sragen.

Bantuan diserahkan Direktur Bank Jateng, Radjim kepada Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman. Penyerahan bantuan secara simbolis di rumah Kaliman, warga Dukuh Gondanglegi RT 09, Desa Gilirejo Baru. Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya perbaikan RTLH dilakukan Bupati Agus.

Menurut Wangsit, setiap KK mendapatkan bantuan Rp 7.500.000. Sehingga total bantuan yang disalurkan untuk 45 KK pemilik RLTH Rp 337.500.000. Penerima RTLH sebagian besar merupakan warga kurang mampu yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, serta buruh serabutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement