REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jumlah kasus Beman Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sleman bisa bertambah. Sebab, awal tahun merupakan periode rentan terjangkit penyakit dari Aedes aegypti itu. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Sleman Mafilindati Nuraini.
“Kasus masih terus dihitung, bisa saja ada tambahan. Memang polanya cenderung meningkat pada pergantian tahun, di akhir dan awal tahun,” ungkapnya, Kamis (5/3).
Berdasarkan catatan Dinkes Sleman, pada Januari 2015 terjadi 54 kasus DBD. Jumlahnya meningkat menjadi 161 kasus hingga Februari ini. Dari jumlah kasus yang ditangani, terdapat satu penderita meninggal dunia pada Januari lalu.
Karena itu, Dinas Kesehatan Sleman meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Sebab, jumlah kasus DBD cenderung meningkat pada awal tahun.
Menurut Nuraini, kecenderungan tersebut dipengaruhi oleh puncak musim hujan yang terjadi setiap pergantian tahun. Kondisi iklim yang lembab dan suhu lingkungan yang sejuk, sangat cocok bagi perkembangan jentik nyamuk Aedes Aegypti.
“Polanya cenderung naik karena dipengaruhi oleh lingkungan yang kondusif. Sehingga kembang biak jentik sangat cepat dan memperbanyak populasi nyamuk demam berdarah,” paparnya.
Selain itu, peningkatan DBD dipengaruhi oleh kepadatan penduduk. Hal tersebut dapat dilihat dari daerah terjangkitnya DBD. Di Sleman, daerah padat penduduk, yaitu Kecamatan Gamping, Godean, Depok, Mlati, dan Kalasan. Nyamuk Aedes Aegypti sendiri membutuhkan darah manusia sebagai nutrisi untuk perkembangbiakan.
Kepala Bidang Penanggulanggan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, Novita Krisnaeni mengatakan, pihaknya sudah meminta Puskesmas di masing-masing wilayah untuk mengintensifkan sosialisasi pola hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada masyarakat.
Antisipasi yang dianggap paling efektif adalah pemberatasan tempat perkembangbiakan nyamuk. Melalui 3 M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang-barang yang potensi untuk perkembangan nyamuk serta penyebaran lavarsida atau bubuk abate.
"Kegiatan ini yang harus terus digalakkan, termasuk kesadaran dalam menjaga kebersihan. Selain itu, bila ada anak yang mendadak panas tinggi harus segera diperiksakan ke dokter,” paparnya.