REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Sehari setelah proses pemindahan terpidana mati ke Nusakambangan, Kamis (5/3), banyak napi yang akan dieksekusi pada tahap II tahun 2015 ini, dikunjungi kerabat, kuasa hukum, dan keluarganya.
Mereka yang mendapat kunjungan antara lain terpidana mati Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (WAN Australia), Zainal Abidin (WNI), Serge Areski Atlaoui (WN Perancis) dan Rodrigo Gularte (WN Brasil)
Dari beberapa pembesuk tersebut, ada yang bersedia berkomentar pada wartawan yang menunggu di dermaga Wijayapura Cilacap, namun ada juga yang bungkam. Seperti pendeta Matius Arif Mirjaja yang mengaku pendamping spiritual Myuran Sukumaran.
Saat ditemui di dermaga resmi penyeberangan ke Nusakambangan tersebut mengaku ingin menemui Myuran untuk melihat kondisinya. Apalagi saat masih di LP Kerobokan, terpidana meminta agar dia tetap bisa mendampingi bersangkutan di Nusakambangan.
''Sebelum berangkat ke Nusakambangan , Myuran berpesan agar saya dan orang-orang terdekatnya bisa tetap mendampingi. Karena itu saya datang ke sini untuk mendampingi,'' katanya.
Dia juga mengatakan, menjelang pemindahan ke Nusakambangan, kondisi kejiawaan Myuran sangat membutuhkan pendampingan. Apalagi setelah mendapat kenyataan bahwa seluruh upaya hukumnya ditolak.
''Jadi bukan karena mau dieksekusi saja, tetapi juga karna pengaruh upaya hukum yang telah ditolak semuanya,'' katanya.
Sementara Masagus Zainal Abidin yang mengaku menjadi kuasa hukum Zainal Abidin, menyatakan hanya berkunjung sendiri ke Nusakambangan, tanpa didampingi keluarga terpidana.
''Keluarga klien saya bukan dari keluarga mampu. Meski mengetahui Zainal akan dieksekusi, keluarganya tidak bisa berkunjung ke Nusakambangan karena tidak punya biaya,'' jelasnya.
Dia menyatakan, kunjungannya ke Nusakambangan untuk memberi-tahu bahwa pada kliennya bahwa pihaknya masih berupaya menempuh jalur hukum atas status terpidana mati yang ditimpakannya. Terutama terkait permohonan PK yang sudah diajukan 10 tahun silam.
Terkait peninjauan kembali (PK) yang pernah diajukan Zainal Abidin, Ade mengatakan bahwa pihaknya telah melayangkan surat ke Pengadilan Negeri Palembang untuk mempertanyakan PK yang diajukan hampir 10 tahun silam.
''Kami sudah menanyakan kelanjutan perkembangan prmohonan PK ke PN Palembang. Namun sampai saat ini belum ada keputusannya,'' jelas dia.
Terkait hal ini, dia meminta agar rencana eksekusi yang akan ditimpakan pada Zainal agar ditunda hingga ada putusan PK. ''Jangan sampai eksekusi dilakukan sebelum ada putusan PK. Kalau permohonan PK diterima sementara ekseskusi sudah dilakukan, nanti bagaimana? Nyawa kan hanya satu," ucapnya.
Sementara seorang pembesuk yang mengaku saudara angkat Andrew Chan, Nicholas Alexander, menyatakan menengok Andrew untuk mengetahui kondisinya. Nicholas mengaku menjadi saudara angkat, karena ayahnya seorang pendeta bernama Pastor Daniel Alexander, telah diangkat menjadi ayah angkat oleh Andrew Chan.
''Saya ingin mengobrol dengan Andrew, karena siapa tahu pertemuan ini menjadi pertemuan saya yang terakhir dengan Andrew,'' jelasnya. Selain itu, dia juga mengaku ingin memberikan dukungan moral dan mental pada terpidana.
Dia juga menyatakan, Andrew Chan sebenarnya tidak seharusnya dieksekusi. Hal ini karena setelah dijatuhi hukuman, dia sudah bertobat. ''Bahkan dia sudah memutuskan untuk menghabiskan hidupnya dengan menjadi pendeta,'' katanya.
Selain kerabat dan kuasa hukum Myuran, Andrew dan kuasa hukum Zaenal Abidin, juga terlihat keluarga dari Rodrigo Gularte (WN Brazil dan Serge Arezki Atlaoui (WN Perancis) hendak membesuk ke Nusakambangan.
Namun kerabat atau keluarga dari kedua terpidana mati ini, memilih untuk bungkam. Mereka tidak bersedia menjawab pertanyaan yang dilontarkan wartawan saat menemui di dermaga Wijayapura.
Mereka yang mengunjungi Rodrigo Gularte, adalah sepupunya yang diketahui bernama Angelita Aparecida. Saat itu, Angelita diketahui didampingi seorang konsul dari Kedutaan Besar Brasil, Leonardo Carvalho Monteiro.
Sementara keluarga yang mengunjungi Serge, antara lain terdiri dari isteri dan anaknya yang masih berusia sekitar 2 tahun, Sabine Megel Atlaoui dan Yasen Areski Atlaoui. Keduanya didampingi keluarga lainnua yang terdiri dari Samia Nathalie Atlaoui, Mohamed Arezki Atlaoui, Samia Ans Eliane Atlaoui, dan Alexandre Ferdinand Megel.