Selasa 03 Mar 2015 18:30 WIB

Perempuan Jepang tak Ingin Punya Suami Nelayan

Rep: C84/ Red: Satya Festiani
Nelayan beraktivitas di Pelabuhan Tahuna, Kelurahan Tidore, Tahuna Timur, Kepulauan Sangihe.
Foto: Antara/Andika Wahyu
Nelayan beraktivitas di Pelabuhan Tahuna, Kelurahan Tidore, Tahuna Timur, Kepulauan Sangihe.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepinya minat anak muda yang bekerja di bidang perikanan dan pertanian menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Dekan Fakultas Ekologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Setya berharap apa yang terjadi di Jepang tidak menular ke Indonesia.

 

Arif mengatakan, dalam sebuah survei di Jepang, bidang perikanan bukanlah satu pekerjaan yang dianggap bergengsi sehingga banyak masyarakatnya yang enggan bekerja di bidang tersebut.

 

Selain itu, lanjutnya, alasannya lainnya banyak warga Jepang yang tidak ingin menjadi nelayan adalah banyak perempuan di Jepang tidak ingin memiliki suami seorang nelayan.

 

"Ada universitas di Belanda dan Malaysia yang menghapus pertanian dalam nama kampusnya sebagai antisipasi turunnya minat mahasiswa terhadap jurusan tersebut," ujar Arif, Jakarta, pada Selasa (3/3).

 

Selain itu, ia juga mengatakan peran besar militer dalam mengembangkan pertanian di Indonesia. Arif menilai pada beberapa hal, infrastruktur irigasin yang dibangun militer justru lebih lebih bagus daripada yang dibuat kontraktor.

 

Ia menilai, pemerintah mampu memberdayakan peran militer untuk mendukung program swasembada beras sebagai implikasi dari kedaulatan pangan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement