REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAI RAYA, KALBAR -- Lima desa di Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, sudah lebih dari seperempat abad belum teraliri listrik produksi PT PLN.
"Sudah hampir 27 tahun selama desa ini dibentuk, namun sampai sekarang belum ada listrik dari PLN. Bukan cuma desa saya, tapi empat desa lainnya seperti Muara Tiga, Desa Tanjung Beringin, Desa Tanjung Harapan dan Sungai Kerawang juga mengalami nasib yang sama seperti desa saya," kata Kades Sumber Agung, Arifin Noor Aziz di Sungai Raya, Ahad (1/3).
Untuk itu, mewakili masyarakat desanya, dia meminta pemerintah Kubu Raya agar bisa memperhatikan desa mereka dan meminta PLN untuk segera menyambyungkan aliran listrik ke sana.
"Kami merasa, daerah kami ini seperti dianaktirikan, terutama desa se-Kecamatan Batu Ampar. Intinya daerah kami bisa dikatakan terisolir," tuturnya.
Arifin terus mengusahakan berkoordinasi dengan pihak PLN dan pemerintah daerah, namun hingga kini belum mendapatkan hasil.
"Jawaban Pemkab maupun PLN, belum ada anggaran untuk daerah kami, makanya kami merasa desa kami ini tidak diperhatikan selama ini," katanya.
Tidak hanya itu, Arifin menyatakan sudah melakukan koordinasi dengan daerah pemkab Kayong Utara yang merupakan perbatasan langsung dengan Kubu Raya. Namun pemda Kayong Utara juga sama kekurangan listrik, sehingga belum bisa membantu daerah kami mereka.
"Listrik dan jalan ini merupakan kebutuhan masyarakat, terutama berpengaruh dengan perekonomian, pendidikan serta yang lain. Selama ini, untuk mendapatkan listrik, masyarakat harus mengeluarkan dua liter setiap rumah untuk menghidupkan mesin genset, sehingga di dalam satu desa harus mengeluarkan sekitar 21 ribu liter perbulan. Karena patungan BBM, tidak selamanya mesin genset beroperasi dan terbatas waktunya," katanya.
Tidak hanya mengenai listrik, ia juga meminta dengan pemerintah juga memperhatikan jalan, karena untuk mengakses ke kota kecamatan, masyarakat harus menggu musim kemarau. Karena, jika musim penghujan, daerah mereka tidak bisa dilalui, karena becek yang cukup parah.
"Bahkan kalau musim hujan, masyarakat di daerah kami tidak bisa beraktivitas. Maka, beberapa kepala desa yang ada di Batu Ampar ini sempat mengancam akan pindah ke Kayong Utara, karena selama ini kami merasa memang tidak diperhatikan oleh Pemkab Kubu Raya," katanya.