Jumat 27 Feb 2015 07:34 WIB

Bima Arya: Tak Ada Penimbunan Beras di Bogor

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menginstruksikan seluruh jajarannya untuk melakukan pengawasan distribusi beras di pasaran guna memastikan tidak ada praktik penimpunan yang terjadi hingga mengakibatkan harga melambung tinggi.

"Kita minta semua instansi terkait bergerak mengawasi, dan memastikan tidak ada penimbunan beras di wilayah Kota Bogor," kata Bima usai melakukan inspeksi mendadak ketersediaan beras di Pasar Bogor, Kamis (27/2).

Bima mengakui dari hasil sidak yang dilakukannya terjadi kenaikan harga beras di sejumlah agen dan pedagang mencapai 30 persen. Harga jual beras saat ini bervariasi termurah sebesar Rp10 ribu  untuk jenis medium dan Rp10.400 per kilogram untuk jenis premium.

"Kendala utama kenaikan harga beras karena panen yang terlambat, beras dari Provinsi Jawa Barat belum masuk sehingga pasokan didatangkan dari wilayah Jawa Tengah yang harganya sudah naik dari sananya," katanya.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras lebih tinggi, lanjut Bima, pihaknya menunggu Bulog untuk melakukan operasi pasar guna menekan harga jual beras yang melambung sejak dua pekan terakhir. "Kita minta kantor Ketahanan Pangan dan juga Dinas Perindustrian Pedagangan untuk mengkoordinasikan dengan Bulog untuk memungkinkan dilakukannya operasi pasar," kata Bima.

Solusi lain, lanjut Bima, mengajak masyarakat untuk beralih mengkonsumsi beras merah yang pasokannya tersedia dengan harga terjangkau yakni Rp9.000 per kilo gram. "Beras merah ini juga bagus, harga dan stok tersedia. Bagi yang peduli kesehatan bisa beralih ke beras merah," katanya.

Bima yang didampingi Kepala Kantor Ketahanan Pangan Firdaus, Dirut Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya Andri Latif Asikin Mansjoe beserta jajaran direksinya meninjau harga pasar ke sejumlah pedagang di Pasar Bogor.

Dalam sidak dilakukannya menanyakan harga serta pasokan beras di tingkat pedagang, ia juga sempat membeli dua liter beras merah seharga Rp 18 ribu untuk dibawa pulang.

Menurut Martin pedagang toko beras Sri Rahayu, kenaikan harga beras membuat pihaknya kesulitan karena pasokan yang kurang jualan beras menjadi terhadap. Ia juga mengalami penurunan omzet sekitar 20 persen karena rendahnya daya beli masyarakat.

"Suda dua minggu harga beras melambung tinggi, penyebabnya karena pasokan berkurang, selain karena faktor cuaca dan musim tanam terlambat hingga panen berkurang. Yang jelas dampaknya mempengaruhi jualan karena konsumen kesulitan ikut harga pasar," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement