Jumat 27 Feb 2015 07:06 WIB

Petani Grogolan Penemu Fosil Dapat Piagam

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Ilham
 Pedagang fosil kayu, Wawan (31) menjajakan dagangannya di kawasan Kemang Dalam, Jakarta Selatan, Senin (3/11).   (Republika/Raisan Al Farisi)
Pedagang fosil kayu, Wawan (31) menjajakan dagangannya di kawasan Kemang Dalam, Jakarta Selatan, Senin (3/11). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Potret Asmoredjo (60) patut diacungi jempol. Petani lugas asal Dukuh Grogolan, Desa Manyarjo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jateng, ini bukan termasuk sosok 'mata duitan'. Ia salah satu penemu fosil purba.

Hebatnya, Mbah Asmo, begitu dia akrab dipanggil, hasil temuannya itu tidak dijual ke tengkulak barang purbakala, atau pihak lain. Tapi, dia serahkan ke negara lewat Museum Sangiran di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jateng.

Berkat kejujuran dan kepolosanya, Mbah Asmo memperoleh penghargaan dari Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan. Imbalan dan tanda penghargaan diserahkan Menteri Anies di halaman museum, Kamis (26/2) sore, dalam beberapa rangkaian kunjungan kerja di Solo

Mbah Asmo tidak sendirian. Ia bersama dua orang lain. Siswanto dan Subur juga menemukan fosil purbakala dan menyerahkan ke negara. Ketiga warga penemu benda arkaelogi ini mendapatkan piagam penghargaan dan imbalan dari Kemenbuddikdasmen.

Sebenarnya, masih banyak warga yang menemukan fosil purbakala. Namun, ketiga warga istimewa ini paling banyak menyerahkan hasil temuan ke Museum Sangiran. Ada lima warga lain yang juga menerima penghargaan dan imbalan lantaran menyumbangkan fosil ke negara.

Mbah Asmo mengaku senang menerima penghargaan dari menteri. Penghargaan itu, menurutnya akan menjadi kenangan terindah dalam hidupnya. ''Bukan soal besar kecilnya hadiah. Tapi, penghargaan ini menjadi kenangan seumur hidup,'' katanya. Ia bersama warga lain, baru kali ini menerima penghargaan semacam ini.

Mbah Asmo menemukan barang itu di lahan pekarangan dan tegalan miliknya. Fosil itu, tergeletak ke permukaan sendiri saat musim hujan deras. Biasanya, setelah terjadi banjir dan longsor. Karena sudah terbiasa mendapatkan fosil, ia sudah mengetahui perbedaan mendasar antara batu dan fosil.

''Begitu mendapat barang, dibersihkan. Lalu disimpan untuk diserahkan ke museum,'' tambahnya.

Sedikitnya, ada 20 fosil organ hewan purba terpajang diatas meja rumah warga Desa Krikil, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Fosil berbagai ukuran  merupakan hasil temuan warga sekitar Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Fosil diberi data lengkap. Seperti, spesies, specimen, ukuran, lokasi temuan, lapisan, tanggal temuan, dan penemu.

Kasus ini mengingatkan kembali kehadiran arkaelog asal Amerika Serikat, Prof Donald Taylor. Dia pernah mengklaim menemukan fosil manusia purba berjalan tegak, pithecan tropus erectus eksavasi sekitar situs Sangiran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement