Kamis 26 Feb 2015 17:05 WIB

Ditekan Berbagai Negara, Sikap Indonesia Harus Berimbang

Rep: C09/ Red: Ilham
Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno (kanan) bersama Menkum HAM Yasonna Laoly bahas hukuman eksekusi mati di Jakarta, Jumat (9/1).
Foto: Antara
Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno (kanan) bersama Menkum HAM Yasonna Laoly bahas hukuman eksekusi mati di Jakarta, Jumat (9/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR, Ahmad Zainuddin menyatakan, pemerintah Indonesia harus bersikap simetris dalam menghadapi tekanan dari berbagai negara. Tekanan terus diterima Indonesia setelah Indonesia kembali memberlakukan hukuman mati bagi pengedar narkoba.

"Sikap kita harus simetris, jangan terkesan berlebihan seperti kebakaran jenggot. Saya yakin hubungan bilateral lainnya akan baik-baik saja," tegas Zainuddin, Kamis (26/2).

Selebihnya, kata dia, dalam perseteruan dengan Brasil, sikap diplomatik yang ditunjukkan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sudah cukup baik. Kemenlu memanggil pulang Duta Besar Indonesia di sana, Toto Riyanto, sebagai bentuk respon dari penolakan nota kepercayaan dari pemerintah Brasil.

“Jika pemerintah Brasil mengeluarkan sikap politik yang lebih keras lagi, maka pemerintah Indonesia harus  menaikkan level respon dari tindakan diplomatiknya,” ujar dia.

Sebelumnya, Dubes RI, Toto Riyanto ditolak Presiden Brasil, Dilma Rousseff, saat akan menyerahkan surat nota kepercayaan sebagai duta besar, Jumat (20/2). Padahal, saat itu Dubes Toto telah berada di Istana Kepresidenan Brasil di Palacio do Planalto.

Presiden Brasil, Dilma Rousseff beralasan hanya menunda sementara surat dari Dubes RI Toto Riyanto, namun tidak menyebutkan alasan yang jelas. Diduga kuat penolakan tersebut terkait kebijakan pemerintah Indonesia yang akan kembali menghukum mati para gembong narkoba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement