Kamis 26 Feb 2015 13:51 WIB

Wagub NTB Minta Bulog Intervensi Harga Beras

Petugas Bulog melakukan operasi pasar beras di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (18/2).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas Bulog melakukan operasi pasar beras di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta Badan Urusan Logistik di daerah ini segera melakukan intervensi untuk menekan tingginya harga beras. "Memang kenaikan ini sudah terjadi di beberapa tempat. Tetapi paling tidak kita juga meminta Bulog bisa melakukan intervensi harga," kata Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin di Mataram, Kamis (26/2).

Meskipun NTB setiap tahun selalu surplus beras, katanya, tidak menjamin harga beras akan menjadi lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat karena permasalahan ini juga berkaitan dengan hukum ekonomi, sehingga memengaruhi tata niaga beras di pasaran.

"Kami melihat ada tata niaga beras yang tidak berjalan dengan baik, untuk itu perlu ada intervensi Bulog. Paling tidak dengan intervensi itu bisa membuat harga beras kembali normal," jelasnya.

Untuk diketahui, harga beras di pasar tradisional Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, naik hingga mencapai Rp 11 ribu per kilogram untuk jenis beras Pelita yang biasanya berkisar Rp 9 ribu hingga Rp 9.500 per kilogram.

"Kenaikan ini baru terjadi sekitar lima hari terakhir, dipicu oleh berkurangnya pasokan beras terutama yang kualitas menengah," kata salah satu pedagang beras di Pasar Dasan Agung Kota Mataram, Hj Isah.

Dia mengatakan, salah satu pemicu kenaikan harga beras akibat cuaca yang kurang menentu seperti saat ini. Karena, pada musim hujan ini petani tidak bisa menggiling gabah mereka karena masih basah. Akibatnya harga beras di pasaran naik dan langka.

"Kita mengatakan langka, karena sulit untuk mendapatkan pasokan beras bahkan beberapa pedagang beras di sini tidak mendapatkan jatah," katanya.

Karena itu, ia kini enggan menjual beras eceran per 10 kilogram seperti biasanya. Apalagi, saat ini masyarakat lebih banyak mencari satu karung isi 25 kilogram, dengan harga yang lebih murah yakni Rp 255.000 untuk jenis beras pelita. "Selain lebih murah, masyarakat takut tidak dapat beli beras beberapa hari ke depan," katanya.

Ia mengatakan, harga yang ditawarkannya itu tidak pernah ada yang menawar karena mengetahui kondisi beras jenis Pelita yang dijualnya cukup bagus jika dibandingkan dengan beras-beras lain dengan harga yang sama.

Dia menambahkan, kelangkaan dan tingginya harga beras disebabkan karena adanya beras lokal yang dikirim ke luar daerah pada lokasi bencana banjir. "Dari para pengepul kami mendapat informasi, kalau beras lokal juga ada yang dibawa ke luar daerah yang terkena bencana banjir," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement