REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Impor beras tidak perlu mengimpor beras tahun ini mengingat pasokan beras yang surplus. Meski begitu, Kementerian Pertanian tetap akan mengawasi pasar dan pembenahan di sistem distribusinya agar tidak terjadi permainan harga.
"Kalau cukup kenapa mesti impor?" kata pelaksana tugas Dirjen Tanaman Pangan sekaligus Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementan, Haryono, Rabu (25/2). Mereka juga akan segera menyelidiki terkait dugaan penyelewengan dan mafia beras.
Haryono menerangkan, angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi sebesar 69,871 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) di 2014. Bila konsumsi menggunakan angka 139,15 kilogram per kapita per tahun, maka 2014 Indonesia bisa surplus 4,2 juta ton. Sebab, jumlah penduduk Indonesia 250 juta jiwa.
Meski begitu, dia mengakui produksi padi antara 2013 dan 2014 menurun. Hal tersebut disebabkan penyusutan luas panen akibat mundurnya waktu tanam. Selain itu, terjadi alih fungsi lahan pertanian, kerusakan jaringan irigasi, dan banjir yang mengakibatkan gagal panen di sejumlah wilayah. "Selain itu terjadi juga anomali musim kemarau basah," katanya.
Karenanya, untuk meraih sasaran produksi padi sebesar 70,243 juta ton gabah kering giling pada 2015, Kementan telah mengalokasikan dana hingga Rp 22 Triliun.