Selasa 24 Feb 2015 18:32 WIB

Menteri Amran: Ada Tengkulak Mainkan Harga Beras

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ilham
  Menteri Pertanian Amran Sulaiman meninjau sarana irigasi persawahan saat melakan kunjugan kerja ke tiga wilayah di Jawa Tengah, yakni Pekalongan, Tegal dan Brebes.  (foto : Wisnu Aji Prasetiyo)
Menteri Pertanian Amran Sulaiman meninjau sarana irigasi persawahan saat melakan kunjugan kerja ke tiga wilayah di Jawa Tengah, yakni Pekalongan, Tegal dan Brebes. (foto : Wisnu Aji Prasetiyo)

REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK -- Menteri Partanian RI, Andi Amran Sulaiman mengakui kenaikan harga beras alam beberapa pekan terakhir terjadi saat sebagian daerah masih panen raya. Ia menduga, haga beras  yang menembus hingga Rp 12 ribu per kilogram merupakan dampak dari buruknya pendistribusian dan ulah mafia beras.

“Seharusnya, pada musim panen raya, harga beras mulai turun. Tapi kenapa harga beras justru masih tinggi,” kata Amran saat melakukan panen raya di Desa/Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Selasa (24/2).

Saat ini, harga beras di Jakarta atau di kota besar lainnya mencapa Rp 12 ribu per kilogram. Artinya, harga gabah kering siap giling sekitar 70 persen dari harga beras atau Rp 9 ribu per kilogram. Namun, kenyataan di lapangan, harga gabah masih kurang dari Rp 5 ribu per kilogram. Persoalan harga beras tinggi menurutnya akibat pendistribusian yang lambat.

Ia juga menyampaikan, fenomena kenaikan harga beras tersebut karena adanya mafia beras. Mafia inilah yang mengatur naiknya harga pangan utama masyarakat Indonesia tersebut.

Berdasarkan pengecekan yang dilakukannya di lapangan, ternyata ada yang salah dalam skema pendistribusian beras, terutama di perkotaan. Harga beras memang malambung tinggi ketika di kota. Kondisi ini sangat berbeda dengan di desa. “Ini ada tengkulak yang mempermainkan harga,” tegasnya.

Kementerian Pertanian, kata dia, masih berupaya mengurai permasalahan terkait lonjakan harga beras yang terjadi di pasaran ini. Bahkan, ia juga sudah membahas maalah ini dengan Wakil Presiden (Wapres), Jusuf Kalla untuk mengambil langkah- langkah dalam menstabilkan kembali harga beras. “Salah satunya dengan melakukan operasi pasar (OP) beras,” tegas Amran.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Demak, Wibowo mengatakan, untuk mendorong produktivitas pangan di daerahnya, Kementerian Pertanian banyak memberi bantuan alat kepada para petani. ”Termasuk pada panen raya yang dipusatkan di Desa Dempet ini, sedikitnya ada 46 traktor yang diserahkan kementerian kepada petani,” ungkapnya.

Hasilnya, produktivitas pertanian tanaman pangan di Kecamatan Dempet cukup menggembirakan. Tiap hektare lahan sawah mampu menghasilkan panen 9 ton gabah kering. Jumlah meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan poduktivitas pertanian yang sama pada tahun 2013 lalu.

“Dua tahun lalu, Dempet hanya mampu memproduksi 5 ton gabah kering per hektare. Sekarang sudah mencapai 9 ton per hektare,” tambah Wibowo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement